Opini Koranmerah (31/01/2018)
Hanya hitungan bulan Pemilukada akan di laksanakan serentak di hampir seluruh provinsi indonesia. Pilkada tidak bisa lepas dari kisruh baik dari masyarakat awam bahkan dari para elit politik. Politik memang hanya mengenal kawan partainya saja. Walau saudara sekalipun jika berbeda partai maka dia adalah musuh. Hal ini bahkan tidak terjadi di luar dalam kategori politik saja bahkan cenderung berlanjut sampai di rumah dengan alasan tidak sejalan. Hal ini tidak dapat kita pungkiri dan ini sudah terjadi pada pemikir-pemikir intelektual kita yang terjun di dunia politik. Jika para intelektual yang seharusnya menjadi cermin masyarakat berbuat demikian. Bagaimana dengan masyarakat yang tidak se intelek mereka…?
Kisruh politik sangat rentan terjadi karena saat pilkada, masyarakat menjadi sangat sensitif apalagi jika sudah menyentuh calon yang di jagokan. Tapi tidak sedikit juga masyarakat yang tidak mau ambil pusing dengan dunia politik. Masyarakat pedesaan biasanya tidak peduli dengan politik dalam hal ini PILKADA. ketidak pedulian ini bahkan cenderung berlanjut sampai tidak melakukan pemilihan ( golput). Sebagian Masyarakat desa cenderung memilih bekerja daripada datang ke tempat pemilihan. Hal ini menjadi PR bagi kita semua untuk memberikan pemahaman tentang pentingnya suara mereka. Padahal saat kita memutuskan untuk golput maka saat itu kita sudah kehilangan hak untuk menilai calon yang terpilih. Alasannya simple saja yaitu kita sudah menerima siapapun calon yang terpilih dan kita akan kehilangan hak menilai kebijakan yang di terapkan oleh calon terpilih karena kita sudah menerima atau legowo saat kita memilih untuk golput.
Dunia politik identik dengan permusuhan. Maka disini peran aparat kepolisian sangat kita butuhkan. Meredam permusuhan dari awal itu lebih baik seperti kata pepatah “sediakan payung sebelum hujan”. Caranya adalah dengan membuat penyuluhan dan memberikan pencerahan pada masyarakat agar tidak mudah terpropokasi oleh berita yang belum tentu kebenarannya. Selain menjelaskan pentingnya suara mereka para penyuluh harus menjelakan agar masyarakat dapat mengontrol emosi saat pilkada. Dalam hal keamana polisi pastinya sudah siap untuk menjaga keamanan. Tugas berikutnya adalah para pemuda untuk bergandeng bahu menjaga keamanan khususnya pada pilkada NTB. Bermusuhan boleh saja dalam kategori politik tapi selebihnya kita adalah saudara. Beda partai atau beda pilihan tidak harus membuat kita bermusuhan tapi perbedaan harus kita jadikan sebagai hiasan politik n cukup sampai disitu saja. Selaku pemuda yang akan melanjutkan karya orang tua maka kita harus salaing toleransi dan menjaga kedamaian. Bila terjadi hal yang tidak memuaskan hati maka disitu peran aparat keamanan khususnya kita perlukan. Biarkan polisi yang selesaikan. Terpenting adalah kita harus menjaga hubungan dengan polisi. Biarkan polisi yang selesaikan n tugas kita adalah mengawal saja
Golput juga tidak bisa lepas dari Pilkada NTBĀ dan tugas kita bersama adalah membuat penyuluhan tentang bahaya golput. pemuda dan perangkat desa harus berperan aktif untuk kompanyekan bahaya golput. Begitupun dengan tim kampanye paslon karena sejauh ini tim paslon sangat jarang turun ke desa-desa padahal kehadiran mereka sangat di butuhkan sebab dengan adanya tim kampanye paslon maka visi misi paslon dapat di ketahui sehingga mayarakat tidak akan bingung untuk memilih calon dan golputpun akan dapat terhindarkan.
Sekali lagi saya tekankan mari kita gunakan hak kita sebaik mungkin dan jauhi golput karena suara kita akan menentukan masadepan daerah kita. Mari kita begandeng bahu dalam pilkada NTB. Kita jaga keamanan bersama polri demi damainya daerah NTB. Kita harus jadikan PILKADA NTB sebagai contoh di indonesia dengan 100% pemilih dan 100% aman.
Salam damai satu jiwa
Pengamat Masyarakat Desa
RUMAWAN BJH