Pasca batal mendampingi Jokowi menjadi calon wakil presiden, mantan ketua Mahkamah Konstitusi, Mahfud MD tampil blak-blakan di Indonesia Lawyer Club (ILC) membuka permainan politik yang akhirnya menjegalnya menjadi cawapres.
Mahfud MD menyebut sejumlah pengurus seperti Said Aqil Siraj dan Makruf Amin menjadi tokoh yang menjadi penyebab ia tidak jadi mendampingi Jokowi.
Mahfud menyebutkan Makruf Amin lah yang menginisiasi ancaman terhadap jokowi, dimana jika Jokowi tidak mengambil tokoh NU menjadi cawapres maka NU akan meninggalkan Jokowi dan tidak mendukungnya lagi. Hal ini ia ketahui dari Muhaimi Iskandar saat pertemuannya dengan ketua partai PKB itu.
” Robikin ( ketua DPP PBNU) yang menyatakan, dan yang menyuruh itu Kyai Makruf Amin. Bagaimana saya tahu yang menyuruh kyai makruf amin ?, Muhaimin yang bilang ke saya.” Ungkap Mahfud di acara besutan Karni Ilyas itu.
Ancaman inilah yang menurut Mahfud membuat Jokowi mengubah keputusannya dengan mengambil Makruf Amin menjadi wakilnya. Padahal sebelumnya ia sudah dihubungi oleh sejumlah orang istana, termasuk Mensekneg, Pratikno. Ia bahkan sudah diminta untuk menyerahkan CV dan Baju untuk diukur sebagai seragam deklarasi bersama jokowi di Gedung Joang 45.
Mahfud menceritakan berdasarkan cerita dari Muhaimin saat bertemu. Dimana Makruf Amin, Said Aqil dan Muhamini sendiri sudah dipanggil Jokowi. Namun dalam pertemuan itu, tidak disebutkan siapa cawapresnya.
” Ketemulah 3 orang ini di PBNU. dan berkesimpulan bertiga ini bukan calonnya. karena waktu dipanggil tidak disebut calon. Lalu mereka sepertinya marah marah membahas kemudian, kyai makruf mengatakan, kalau gitu kita nyatakan kita tidak bertanggung jawab secara moral atas pemerintahan ini kalau bukan kader NU yang diambil. ini kata muhaimin.” tutur Mahfud.
Lebih lanjut, Mahfud menceritakan bahwa Makruf Amin lah yang mendekte kalimat yang akan disampaikan oleh Robikin ( Ketua DPP PBNU) kepada pers terkait pernyataan tersebut.
” Didekte kalimatnya oleh Kyai Makruf, begini lo kalimatnya. jadi kata itu didekte memang.itulah permainan.” tegas Anggota Badan Pengawalan Ideologi Pancasila (BPIP) ini.