Dalam penelitian ACI Lee Kwan Yew School of Publicity, universitas di Singapura, tingkat daya saing NTB naik drastis dari peringkat 26 pada 2015 menjadi 19 pada 2016. sebagaimana dilansir dariĀ merdeka.com
Dalam dua periode kepemimpinannya, M.Zaenul Majdi atau TGB juga sukses mengangkat NTB dari predikat sebagai provinsi tertinggal. Dalam jangka waktu 2014-2016, laju pertumbuhan ekonomi NTB meningkat dengan 9,9 persen. Prestasi ini membuat NTB diganjar predikat pertumbuhan ekonomi terbaik. Bahkan melampaui nasional yang hanya sebesar 4,9 persen.
TGB juga berhasil menekan angka pengangguran di NTB hingga 3,32 persen. Prestasinya ini menyematkan NTB sebagai provinsi ke-6 dengan angka pengangguran terendah.
Dengan sederet prestasi itu, TGB meraih penghargaan sebagai salah satu Gubernur terbaik versi Kementerian Dalam Negeri pada 2017. Penghargaan tersebut berdasarkan penilaian aspek kepemimpinan, kredibilitas dan akseptabilitas dalam rangka menciptakan pemerintahan bersih.
Selama kepemimpinannya, NTB juga mendapatkan predikat WTP enam kali. Hal ini membuktikan tajinya dalam bidang pengelolaan birokrasi.
TGB dikenal sebagai individu yang kuat dengan citra Islami. Dia merupakan santri dari pesantren di Lombok Timur. Di sana dia mendapatkan kemampuan sebagai penghafal Alquran. Bahkan, TGB mampu menghapal dalam satu hari.
Gelar Tuan Guru Bajang juga tak jauh dari citra Islam. Tuan Guru merupakan gelar yang diberikan oleh masyarakat adat Sasak kepada sosok tokoh Agama. Sementara nama Bajang, merupakan bahasa Sasak yang artinya ‘muda’. TGB menjadi Gubernur saat berusia 36 tahun.
Dia berangkat ke Kairo, Mesir tahun 1992. TGB menyelesaikan S1 sampai S3 di Universitas Al-Azhar, jurusan tafsir dan Ilmu-Ilmu Alquran Fakultas Ushuluddin Universitas Al-Azhar Kairo dan lulus meraih gelar Lc. Tahun 1996, ia meraih Master of Art (M.A.).
Rekam jejak politiknya diawali menjadi anggota DPR Komisi X periode 2004-2009, dari Fraksi PBB. Pria kelahiran Pancor, NTB ini masih menjadi kader PBB ketika pertama kali maju sebagai Cagub bersama Badrul Munir pada tahun 2008. Kemudian dia diusung Demokrat bersama Muhammad Amin, hingga masih menjabat sampai sekarang.