Teka-teki Pemilik Bimeks Group, Khairudin, M.Ali mundur dari seleksi KPUD Kota Bima, padahal dirinya telah dinyatakan Lulus untuk Seleksi CAT dan Psikotest dengan nilai tertinggi.
Dalam keterangannya, Khairudin M.ALI mengaku terpaksa melakukannya. Hal ini disebabkan dengan alasan pribadi yang ia tidak bisa jelaskan secara rinci. Dimana ia memilih mundur setelah lulus di 25 besar dan tidak mengikuti wawancara Tim Seleksi.
“Saya terpaksa mundur di tengah jalan karena alasan pribadi. Saya tidak berminat untuk melanjutkan proses itu (seleksi calon anggota KPU, Red) karena alasan yang tidak bisa saya jelaskan.” Katanya.
Namun Khairudin menceritakan perjalanannya dalam seleksi anggota KPU se-NTB. Dimana sejak awal dirinya mengaku memang tidak berminat mengikuti seleksi itu. Tetapi karena banyak dorongan dari sahabat dan kolega, ia terpaksa ikut mendaftar juga.
” Sejak awal anak-anak dan istri saya juga tidak merestui. Tetapi karena saya pikir saya juga memiliki tanggungjawab sosial, ya saya mendaftar juga.” Ujarnya.
Dia menjelaskan, sempat berharap tidak lolos dalam seleksi administrasi supaya tidak perlu ke Mataram untuk mengikuti tes CAT. Tetapi rupanya dia dinyatakan lulus dengan skor paling tinggi yakni 150.
“Saya pun ke Mataram dengan perasaan yang tidak sepenuhnya siap. Bahkan saya tidak melakukan persiapan apa-apa dalam menghadapi CAT.” Tambahnya.
Namun Khaerudin menceritakan, saat di Mataram, sebelum seleksi kesehatan jiwa untuk menjawab 567 soal, pada sorenya dia mengaku didatangi seseorang yang mengakui bisa membantu meloloskan dirinya hingga lima besar. Kawannya itu bercerita sering mengatur hasil akhir dalam menentukan calon penyelenggara Pemilu karena memiliki koneksi dan jaringan.
” Batin saya tidak terima, saya sudah lama mendengar soal ini tetapi saya tidak ingin percaya. Bagaimana mungkin penyelenggara Pemilu diatur-atur Ormas dan peserta Pemilu? Ini gak benar.” Tuturnya.
Situasi ini membuatnya tambah galau dan akhirnya memutuskan mengundurkan diri,” saya tidak mau menjadi penyelenggara Pemilu sebagai ‘Boneka’ yang punya hutang atas rekomensasi dari macam-macam Ormas dan peserta Pemilu,” tukasnya.
Sebenarnya, soal ini diakuinya sudah lama ia dengar, tetapi ia tetap tidak percaya.” Saya khawatir kalau ini benar, maka apa jadinya masa depan demokrasi kita. Anak muda kelak tidak lagi menempa diri untuk bisa tumbuh menjadi pribadi hebat, punya kapasitas, serta integritas. Mereka cukup memburu rekomendasi dan jadilah penyelenggara Pemilu. Ini yang membuat saya galau.” Tuturnya.
Kepada pihak-pihak yang menghendaki dirinya untuk menjadi penyelenggara Pemilu, Khairudin meminta maaf karena tidak bisa memenuhi harapan tersebut.
“Saya benar-benar minta maaf atas keputusan ini. Memang mengecewakan, tetapi semua akan ada pelajaran yang bisa diambil dari setiap keputusan kontroversial seperti ini.” Katanya. [LP/Sukur]