Beranda Nasional Wabup Tolak Pergantian Nama Bandara, Bukran: Maulana Syech Paling Berjasa Di Gumi...

Wabup Tolak Pergantian Nama Bandara, Bukran: Maulana Syech Paling Berjasa Di Gumi Paer Ini

0
BERBAGI
Polemik pergantian nama bandara Lombok

Koresponden Koranmerah [Jumat,15/2]


Polemik perubahan nama bandara dari Lombok International Airport (LIA) menjadi Zainuddin Abdul Madjid Airport (ZAM) sesuai Surat Keputusan (SK) Menteri Perhubungan Republik Indonesia,  Nomor KP 1421 Tahun 2018 kembali mencuat.

Sebelumnya, diberitakan di beberapa media bahwa Wakil Bupati Lombok tengah Fathul Bahri menyatakan menolak perubahan nama bandara tersebut.
Pernyataan Wabup Loteng tersebut menuai komentar dari berbagai lapisan masyarakat.

Salah satunya Bukran, pemuda yang berdomisili dekat areal bandara. Bukran menilai, pernyataan Wabup Loteng yang menolak perubahan nama bandara termasuk provokatif dan tidak faham administrasi.

Dia menegaskan status kepala daerah sebagai perpanjangan tangan pemerintah pusat semestinya difahami dan dilaksanakan. Karena menurutnya, tanpa dasar administrasi sekalipun TGKH. M. Zainuddin Abdul Madjid tidak pantas namanya ditolak menjadi mama bandara jika mengingat torehan jasanya di Pulau Lombok dan Nusa Tenggara Barat pada umumnya.

“Saya kira pernyataan pak Fathul selaku Wakil Bupati cenderung provokatif dan tidak memahami administrasi. Dia harus memahami dirinya berstatus sebagai kepala daerah,” tandasnya.

Bukran juga menyinggung kinerja Wakil Bupati Lombok Tengah, Ia berujar seharusnya yang lebih dititik beratkan untuk dikerjakan sebagai pejabat pemerintahan adalah hal-hal mengenai kesejahteraan masyarakat dan hak-hak hidup orang banyak.

“Coba Wakil Bupati itu dia urus masalah kesejahteraan masyarakat seperti kami-kami ini, jangan malah mempermasalahkan nama bandara yang tidak ada sangkut pautnya terhadap hak-hak hidup orang banyak,” cetusnya.

Menurut Bukran, pernyataan Fathul Bahri akan menimbulkan kegaduhan di tengah-tengah kehidupan masyarakat. Bukran berujar, jika pernyataan menolak pergantian nama tersebut berlandaskan pada klaim pernyataan sebagian besar masyarakat Lombok Tengah, ia mempertanyakan sebagian besar masyarakat mana yang dimaksud.

“Kalau komentarnya menolak tentu akan menimbulkan kegaduhan di tengah masyarakat, jika dia beralasan menolak karena telah berkoordinasi dengan berbagai elemen masyarakat, saya mau bertanya masyarakat yang mana, menurut saya jika dibanding-bandingkan, masyarakat Lombok Tengah lebih banyak menyetujui perubahan nama bandara itu,” ujarnya.

Ia juga bersaran kepada Fathul Bahri selaku pejabat untuk lebih arif dan bijak dalam menyikapi permasalahan yang ada, mengkaji ulang sejarah Maulana Syaikh TGKH. M. Zainuddin Abdul Madjid tentang jasa dan kepahlawanannya, karena menurutnya tidak ada orang yang lebih berjasa di Lombok ini selain Pahlawan Nasional TGKH. M. Zainuddin Abdul Madjid.

“Saran saya jadilah pemimpin yang bijak yang bisa menaungi antara yang menolak dan yang tidak bukan malah bersembunyi pada salah satu diantaranya, kalau sudah begini saya sarankan juga untuk membaca sejarah tentang Maulana Syaikh, beliau adalah orang paling berjasa di Gumi Paer (tanah kelahiran.red) kita ini”, tegasnya.

Lebih lanjut Bukran berkomentar, dengan menerima perubahan nama bandara tersebut masyarakat telah menghargai TGKH. M. Zainuddin Abdul Madjid di Lombok dan Nusa Tenggara Barat. Menurutnya, hal yang sangat memalukan dan tidak patut dilakukan sekelas kepala daerah untuk menolak perubahan nama bandar udara tersebut.

“Menurut saya, setidaknya dengan menerima perubahan nama tersebut, kita sedikit telah menghargai jasa kepahlawanan beliau, sangat memalukan, sekelas kepala daerah tidak bisa menghargai jasa beliau, saya yang orang biasa-biasa saja tau caranya menghargai ulama sekaligus pahlawan nasional sekelas beliau” cetusnya.

Mengakhiri komentarnya, Bukran mengatakan ia menghargai Maulana Syaikh karena keilmuan, jasa-jasanya dan sumbangsih terhadap kemajuan Sumber Daya Manusia khusunya di Lombok, bahkan ia mengatakan sepengetahuannya tentang sejarah TGH. Lalu M. Faisal pendiri Pondok pesantren Manfaul ulum, TGH. Fadil yang juga merupakan bapak dari Bupati Lombok tengah H. M. Suhaili merupakan Murid dari TGKH. M. Zainuddin Abdul Madjid.

” Menurut yang pernah saya dengar kita hargai beliau itu karena Keilmuannya yang sangat luar biasa, jasa-jasanya dalam mencetak SDM kita di Lombok ini sehingga kita bisa merasakan kemajuan, kita bisa cek sejarahnya, dulu itu TGH. Lalu M. Faisal, salah satu tokoh Lombok Tengah, murid kesayangan beliau, TGH. Fadil Bapaknya dari pak Bupati merupakan murid beliau juga, dan masih banyaklah kalau kita mau buka sejarah” tutupnya.

Sementara itu, Ketua DPC Hanura Loteng, Moh Fihirudin, menegaskan sangat mennyayangkan pernyataan Wakil Bupati Loteng tersebut. Menurutnya, jangan juga pemkab itu mengklaim sebagai repseantasi masyarakat Lombok Tengah untuk menolak nama bandara, karena pemkab juga tidak pernah mengajak steakholder yg ada di Lombok Tengah untuk duduk bersama membicarakan masalah pergantian nama bandara.

” Saya mempertanyakan pihak yang menolak nama ulama dan pahlawan nasional sebagai nama bandara, apakah se naif itukah kita akan menolak nama Syaikh Zainuddin Abdul Majid, yang semua orang tau beliau adalah salah satu ulama besar yang diakui dunia sebagai nama bandara di pulau kelahirannya,” tanyanya dengan nada ketus.

Lanjut Fihir, intinya, DPC Partai Hanura mendukung langkah pemerintah pusat dalam penamaan bandara Lombok menjadi Zainuddin Abdul Madjid.

“Jangan dimasukkan ke ranah politik hari ini terkait penamaan bandara ini, tapi lebih kepada menghargai jasa-jasa pahlawan kita, karena Syaikh Zainuddin itu bukan lagi milik satu golongan tapi milik bangsa Indonesia. Itu yg harus dipahami,”pungkasnya. (*)

BACA JUGA; Polres Mataram Amankan Pelaku Judi Togel Online. Begini Modusnya

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here