Gubernur Nusa Tenggara Barat Dr. Zulkieflimansyah berkunjung ke Kedutaan Besar Republik Indonesia untuk Malaysia di Kuala Lumpur, dan bersilaturrahim dengan Duta Besar RI untuk Malaysia, Rusdi Kirana, bersama istri dan sejumlah Kepala OPD Pemprov NTB Senin 25 Februari 2019.
Dalam lawatan kerja kali ini, Gubernur Zulkieflimansyah mendiskusikan sejumlah hal dengan Dubes Rusdi Kirana. Upaya membuka pintu kerjasama bidang pendidikan terkait program beasiswa 1000 pelajar NTB ke luar negeri, adalah salah satu fokus perbincangan.
“Pendidikan menjadi perhatian utama kami saat ini. Setelah berhasil mengirimkan 46 mahasiswa S2 ke tiga universitas di Polandia pada bulan Oktober 2018 dan pertengahan Februari 2019 lalu, kami juga ingin mengirimkan pelajar melanjutkan jenjang S2 di Malaysia” papar Gubernur Zul.
Ikatan kesamaan dan kedekatan antara Malaysia dan Indonesia, menjadi salah satu dasar kerja sama bidang pendidikan. Begitu juga fasilitas pendidikan seperti perpustakaan dan laboratorium yang lengkap di sejumlah kampus ternama di Malaysia.
Dubes Rusdi Kirana menyambut baik niat tersebut. KBRI di Malaysia akan menjembatani antara Pemprov NTB dengan kampus-kampus di Malaysia yang potensial menyediakan kuota beasiswa bagi mahasiswa dari luar Malaysia.
“Saya sangat gembira dan mendukung program beasiswa 1000 mahasiswa NTB ke luar negeri. Kami akan memfasilitasi dan menghubungkan antara universitas di sini dengan Pemprov NTB, ” kata Dubes Rusdi.
Menurut Rusdi yang juga pendiri dan pemilik maskapai Lion Group, selain beasiswa di kampus-kampus Malaysia, program yang bisa direalisasikan adalah pendidikan aviasi atau penerbangan.
“Akan kami bantu supaya bisa sekolah di Malaysia setahun untuk teorinya, kemudian lanjut 2 tahun kerja praktik di pusat perawatan pesawat dan fasitas penerbangan Lion Group di Batam. Sudah ada anak TKI yang berprestasi, kami sekolahkan model seperti itu hingga akhirnya jadi pilot ,” ujar Rusdi.
Sejalan dengan posisi Rusdi Kirana sebagai pemilik Lion Group dan kepentingan Pemprov NTB dalam menggeliatkan kembali kunjungan wisatawan pascabencana gempa bumi, Gubernur Zul juga meminta bantuan Rusdi untuk memperbanyak frekuensi dan rute penerbangan Lion Group dari dan ke Lombok, sekaligus untuk menurunkan harga tiket.
“Harga tiket yang mahal ini jelas memukul upaya pariwisata NTB untuk bangkit dari keterpurukan pascagempa. Begitu juga makin berkurangnya “direct flight” ke Lombok. Kami berharap Lion Group bisa membantu NTB dengan memperbanyak penerbangan langsung dari luar negeri atau dalam negeri ke Lombok” ungkap Gubernur Zul.
Dubes Rusdi Kirana menekankan, jika melambungnya harga tiket memang jadi persoalan baru di dunia transportasi udara. Menurutnya, butuh kerja sama yang baik dan terpadu antara maskapai dengan pemerintah daerah dan juga PT Angkasa Pura sebagai pengelola bandara-bandara di berbagai wilayah.
“Maskapai Lion Group beroperasi 11 jam perharinya, sebagai salah satu strategi mengejar tiket murah. Tapi dengan 11 jam menyebabkan jadwal kami sering tidak on time. Akhirnya publik protes. Lion sering” diomelin” karena telat atau delay melulu. Nah sekarang jadi 7 jam beroperasi, supaya bisa tepat waktu. Tapi konsekuensinya tiket nggak lagi bisa murah,” jelas Rusdi.
Untuk mengakomodir kebutuhan seperti yang diungkapkan Gubernur NTB, Rusdi menjelaskan perlunya subsidi atau insentif kebijakan dari Pemda setempat. Misalnya Pemda menyediakan lahan untuk dijadikan tempat parkir atau hanggar tambahan bagi pesawat sehingga mengurangi anggaran Maskapai.
Gubernur Zul menyatakan bakal mempertimbangkan masukan dari owner Lion Group itu. Keberadaan bandara lama Selaparang di Mataram yang bisa digunakan sebagai hanggar atau lahan parkir pesawat, bisa menjadi salah satu solusi alternatif untuk memberikan insentif kebijakan pada maskapai. Pada akhirnya, diharapkan relasi simbiosis mutualisme itu bisa berdampak pada penurunan harga tiket dan juga memperbanyak frekuensi penerbangan dari dan ke Lombok, termasuk rute-rute direct flight.