Camat Pujut, Lombok Tengah Lalu Sungkul mengaku telah dipanggil oleh Bawaslu Lombok Tengah terkait dengan beredarnya video dirinya yang sedang diduga melakukan pengaturan suara calon legislatif saat proses pleno di kecamatan Pujut beberapa waktu lalu.
Pemanggilan dirinya berlangsung pada hari Senin, [28/5] pagi sekitar pukul 11.00 wita. Di Bawaslu ia mengaku dimintai keterangan seputar laporan terhadap dirinya dengan dugaan ikut terlibat dalam proses intervensi dalam proses rekapitulasi suara itu.
” Sudah dipanggil hari Senin kemaren, pas lagi demo itu,” katanya.
Menurut mantan guru ini, video yang beredar luas tersebut bukanlah dalam rangka mengatur skor perolehan suara seperti laporan dan isu yang berkembang selama ini.
Sungkul kemudian menceritakan perihal video tersebut. Dimana saat itu ada kisruh suara yang melibatkan caleg Nasdem No. 5 atas nama Lalu Wiraksa yang mengadu suaranya dikurangi baik di Praya Timur maupun di Pujut. Sehingga pada saat itu, suasana rekapitulasi berjalan alot, karena Lalu Wiraksa dan pendukungnya bersikeras ingin membuka kotak suara di desa Prabu.
Saat itu dalam obrolannya dengan Lalu Wiraksa, Camat Pujut diceritakan bahwa suara Lalu Wiraksa banyak yang diambil di Praya Timur sekitar 750 suara lalu di kecamatan Pujut pun, suaranya juga ada yang diambil.
” Kalau di Praya Timur diambil suara kita, kenapa ndak di Pujut ini, kita ambil suara Praya Timur, saya hanya mengikuti alur pemikiran dia [Lalu Wiraksa]. Sahnan ambil, PKPI ambil. Lagi dia bercerita bahwa ada pernyataan diatas materi, calon calon yang perempuan ini, saya [Lalu Wiraksa] yang biayai boleh saya ambil, katanya,” kata Sungkul menceritakan.
Usai mendengar cerita dari Lalu Wiraksa itu, akhirnya Sungkul menceritakan langsung menelpon seseorang. Yang dimana dalam video yang beredar itu, seolah olah ia menelpon ketua PPK Pujut.
” Kalau begitu gampang, kemudian saya ambil telepon. Tapi yang saya telpon siapa, supir saya. Ini [suara calon] geser kesini, ini geser kesini. Supir saya waktu itu gelagapan. Ndak tahu maksud saya. Saat itu, supir saya balik bertanya, apakah saya kasi tahu PPK, langsung saya katakan nanti saya ngomong,” kata Sungkul menceritakan dialognya dengan supirnya.
Sungkul menyatakan ia berpura-pura menelpon PPK padahal yang ia telepon adalah supirnya. Hal itu ia lakukan menurutnya, semata -mata hanya untuk meredam suasana pada saat itu.
” Masa sih saya sevulgar itu saya ngomong. Saya peritahkan orang dalam keadaan mencekam di kantor camat,” pungkasnya.