Panggung berlatar bambu runcing, dipadu kain panjang berwarna merah putih terlihat megah. Jejeran bambu kuning yang masih hidup beserta daunnya, dipadu logo dan foto, mengesankan suasana masalalu di masa-masa perjuangan rakyat Indonesia mengusir penjajah.
Panggung artistik tersebut menjadi saksi tampilnya para musisi muda dalam gelaran Pentas Kebangsaan dan Pahlawan, Jumat malam, 26 Juni 2019. Pentas kebangsaan yang berlangsung di Areal GOR Hamzanwadi berhasil menyedot ribuan penonton.
Habib Asgar misalnya. Ia datang jauh-jauh dari Terara untuk menyaksikan band kesayangannya The Datu, yang malam itu tampil.
“Saya suka The Datu. Penampilannya selalu heboh di panggung. Saya sengaja datang untuk menyaksikan penampilan mereka malam ini” kata pria yang mengaku suka musik lokal ini.
Pentas kebangsaan ini dibuka dengan penampilan memukau TGH Soleh Sukarnawadi dan Alfian. Gesekan biola TGH Soleh diiringi kelembutan saxophone Alfian, yang melantunkan tembang Ta’sis NWDI serasa menyihir penonton. Lagu Ta’sis NWDI atau lebih dikenal dengan Antiya Pancor, merupakan salah satu lagu perjuangan karya Almaghfurulahu Maulana Syaikh TGKH M Zainuddin Abdul Madjid.
Selanjutnya sederet penampil lain, tak kalah menariknya. Band lain seperti E’ed & Friends, Tongkek, Our Class, Keroncong, dan Bale Langgak Band rata-rata tampil memukau penonton. The Datu misalnya. Mereka tampil “memaksa” penonton untuk ikut bernyanyi. Itok sang vokalis, tampil sangat komunikatif. Para penonton terutama mereka yang berada di barisan depan, diajak untuk ikut bernyanyi dan bertepuk tangan. Penampilan The datu menjadi sempurna, karena mampu mengajak Hj Siti Rohmi Djalilah untuk tampil menyanyi di atas panggung.
Dalam sambutannya Wagub Rohmi Jalilah tak lupa menyampaikan pesan NTB Zero Waste. “Awas hati-hati jangan buang sampah sembarangan,” katanya sebelum mulai bernyanyi.
“Generasi muda harus mengikuti keteladanan para pahlawan nasional kita Maulana Syaikh. Mulana syaikh adalah sosok yang sangat gigih berjuang. Anak muda harus kerja keras ndak boleh malas. Manfaatkan sisa hidup yang diberikan sebaik-baiknya. Kalau kita meneladani yang baik-baik maka hidup kita akan baik, kata Wagub NTB usai menyanyikan lagu Ya Maulana.
The Datu mengusung lagu-lagu mereka yang sudah familiar dan mampu merebut hati para fansnya seperti lagu berayen dengan dan Sasak bersahabat. Musik tongkek dipadu musik moderen dan tarian, juga tampil unik. Begitu pula dengan band Bale Langgak dan kelompok musik keroncong, mereka menjajal panggung dengan keunikan masing-masing yang membuat para penonton bertahan dan menikmati aksi mereka hingga lagu-lagu berakhir dan ditutup oleh penampilan E’ed & Friend dengan lagu-lagu mereka seperti mase biru dan lain-lain.
Tak lupa mereka mengakhiri penampilannya dengan lagu-lagu karya Maulana Syaikh TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Madjid. (