Pergerakan organisasi di pusat pemerintahan seperti Kota Mataram dinilai cukup dinamis. Hal tersebut tak boleh dipandang sebelah mata. Organisasi masyarakat, organisasi kepemudaan, dan organisasi lainnya harus dijadikan mitra.
“Apapun organisasinya harus dirangkul. Saya nilai mereka bisa menjadi mitra strategis,” kata Tokoh Kota Mataram Rohman Farly, Minggu (11/8).
Jika sebelumnya, ia memberi pandangan soal peningkatan kapasitas individu. Farly menilai, dipandang perlu untuk mengidentifikasi lintas organisasi. Selanjutnya merangkul organisasi ini dalam upaya mengembangkan dan membangun Kota Mataram.
“Saya mendapat cerita, langkah-langkah organisasi ini masih parsial, Sebatas melibatkan pemerintah ketika ada acara saja,” terangnya.
Menurutnya, organisasi yang tumbuh di ibukota provinsi biasanya beraneka ragam. Mulai yang keagamaan, peduli lingkungan, seni, kreativitas, hingga hobi anak muda. Semuanya tidak boleh dipandang sebelah mata.
“Rangkul kemudian berikan mereka porsi baik pembinaan ataupun dukungan anggaran,” ujarnya.
Farly menjelaskan, namanya organisasi tentu memiliki struktur dan tidak individu. Ketika mereka dibina dan didukung, organisasi ini bisa dilibatkan membangun Kota Mataram. Langkah partisipatif dari publik.
“Keunggulan ini tentu tak dimiliki daerah lain. Biasa masyarakat urban kota itu SDM lebih baik, jadi lebih mudah diatur,” bebernya.
Lebih lanjut, banyak organisasi di pusat pemerintahan sanggup eksis tanpa campur tangan pemerintah. Dikelola nirlaba dan mengandalkan dana swadaya untuk memberi kontribusi bagi daerah. Kinerjanya positif serta menunjang pemerintah.
“Rugi kalau mereka tidak diajak kerjasama. Dijadikan mitra membangun kota,” urainya.
Farly memberi contoh seperti komunitas pecinta seni, banyak yang membeli cat atau pilox kemudian membuat mural (gambar) di tembok kosong. Cara mereka positif karena bukan vandalisme alias asal corat-coret mengotori. Pemerintah bisa menggandeng mereka mempercantik sudut kota. Ini seperti yang dilakukan di Kota Bandung, tembok yang kosong dipercantik dengan beranekaragam gambar
“Mereka bisa mural tembok kosong seperti di Jalan Pemuda, Jalan Pendidikan, atau Jalan AA Gede Ngurah. Jalan Pabean di Ampenan itu juga bagus, apalagi kota tua temboknya sudah di cat warna-warni,” terangnya.
“Tembok yang sudah cantik ini tentu akan menarik minat warga kota. Bisa menjadi background berfoto,” imbuhnya.
Kelompok lain yang bisa dirangkul, kata Farly, adalah komunitas pecinta kebersihan. Mereka secara berkala bisa digandeng untuk beraksi serta memberikan sosialisasi pengolahan sampah di tiap lingkungan.
“Hadirnya pemerintah bersama mereka bisa membuat penanganan sampah berjalan partisipatif dan berkelanjutan,” katanya.
Demikian pula dengan organisasi yang peduli pada literasi. Di Kota Mataram cukup banyak ruang terbuka hijau yang bisa menyediakan tempat baca. Biasanya masyarakat kurang tertarik ketika datang ke perpustakaan, minat bisa berubah ketika membaca buku sembari menikmati taman.
“Pemerintah siapkan bukunya, komunitas baca yang menjaga. Bukankah ini akan menguntungkan pemerintah,” kata Farly lagi.
Ditambahkan, keterlibatan lintas organisasi dengan pemerintah bisa menghadirkan ikatan yang kuat jika berjalan simultan. Sepanjang organisasi itu memberi dampak positif, Pemkot Mataram harus merangkulnya. Semakin banyak kelompok yang terlibat membangun kota, semakin menguntungkan pemerintah.
“Tidak ada ruginya memperkuat silaturahmi antar organisasi ini. Paradigma pemerintahan di Kota Mataram harus diubah,” tandasnya.