Koresponden Koranmerah [Senin, 2/9]
Kontestasi pemilihan kepala daerah (pilkada) serentak akan berlangsung pada 2020, termasuk di tujuh kabupaten dan kota di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB).
Menariknya di Kabupaten Bima, Mantan Bupati Bima, Drs H Syafruddin, MPd sudah menyatakan maju. Sedangkan disisi lain, ada kemungkinan Bupati dan Wakil Bupati Bima yang menjadi petahanan, akan pecah kongsi.
Direktur Lembaga Kajian Sosial dan Politik M16 Mataram, Bambang Mei Finarwanto, mengatakan ada fenomena menarik dalam kancah perpolitikan di NTB, setidaknya dalam kurun waktu dua tahun terakhir.
“Fenomena perubahan lewat pendatang baru sangat kental terasa di NTB,” ujar pria yang akrab dikenal Didu di Mataram, Minggu ( 1/9)
Didu tak sekadar bicara. Merujuk data hasil pilkada tingkat Gubernur NTB 2018 hingga pemilihan legislatif (pileg) tingkat provinsi, kabupaten, dan kota, banyak petahana yang justru tumbang.
Didu meyakini fenomena ini akan terjadi pada pilkada serentak 2020, baik di Pulau Lombok maupun Pulau Sumbawa.
Khusus untuk Pulau Sumbawa, Didu memprediksi persaingan pemilihan bupati dan wakil bupati (Pilbup) Bima akan berlangsung sengit. Dan peluang Petahana untuk tumbang dalam Pilbup kota Bima cukup besar karena arus perubahan sedang menggema dan melanda disemua wilayah di NTB .
Didu menyebutkan, Bupati Bima Indah Dhamayanti Putri (IDP) dan Wakil Bupati Bima Dahlan M Noer diprediksi akan pecah kongsi dan saling bersaing pada pilbup 2020, meskipun dalam berbagai kesempatan, Dahlan masih menegaskan tetap bersama IDP
“Menariknya, ada magnet yang mencoba menarik keluar Dahlan untuk berhadapan dengan IDP,” lanjut Didu.
IDP, menurut Didu, sudah nyaman dengan Partai Golkar sebagai pemenang pileg di Kabupaten Bima pada 2019. Terlebih, sejumlah partai mulai membangun komunikasi langsung dengan ketua DPD Partai Golkar Kabupaten Bima tersebut, di antaranya Partai Nasdem yang ingin melanjutkan koalisi nasional.
“Kemungkinan Dahlan tergeser sebagai pendamping IDP juga cukup besar. Apalagi Dahlan diperkirakan akan membawa kendaraan Gerindra,” kata Didu.
Didu berpandangan, kondisi ini akan membuat kontestasi Pilbup Bima semakin kompetitif. Dahlan sendiri dikenal sebagai figur yang sederhana dan mendapat tempat di hati masyarakat. Tak hanya Dahlan dan IDP, peluang besar juga dimiliki parpol lain jika ‘pede’ mengusung kadernya sendiri.
Didu mengambil contoh Ketua DPD PAN Kabupaten Bima, Muhammad Adminurlah, yang sudah mendeklarasikan diri ikut bertarung. PAN dengan soliditas kadernya, menjadi modal untuk dapat mengusung kader sendiri. PAN juga sudah membangun komunikasi dengan PKS untuk membuat poros baru.
“Belajar dari Pilkada sebelumnya, PKS cenderung mengusung figur di luar petahana, bahkan mengorbit kader sendiri. Maka, PAN-PKS bisa saja berkoalisi. Kedua partai ini memiliki soliditas kader yang kuat dan bisa menjadi kekuatan baru di pilkada serentak 2020,” ucap Didu.
Nama lain yang berpotensi mengejutkan, kata Didu, ialah Mori Hanafi dengan Partai Gerindra. Mantan Calon Wakil Gubernur NTB tersebut tidak asing di masyarakat Bima. Apalagi Mori dapat membuktikan menang di kandang pada Pilkada Gubernur NTB lalu.
Didu menilai bukan tidak mungkin Mori menggandeng Muhammad Aminurlah, yang mewakili Bima bagian Timur.
“Ini akan menjadi kekuatan yang dapat menggoyang petahana. Apalagi popularitas dan elektabilitas Mori merata di wilayah Bima,” kata Didu.