Nama Ahmad Rifa’i di kancah perpolitikan Lombok Tengah sudah tidak asing lagi. Apatah untuk warga Kecamatan Kopang dan Janapria yang menjadi daerah pemilihannya, Ahmad Rifai begitu familiar.
Betapa tidak, sudah tiga periode, ia terpilih menjadi anggota dewan Lombok Tengah lewat daerah pemilihan dua, Kopang-Janapria. Dalam istilah para politisi, sudah dapat pangkat ” Bintang Tiga”. Sesuatu yang sangat sulit dapat diraih oleh para politisi. Jika sudah terpilih menjadi dewan untuk ketiga kalinya, maka ini dianggap prestasi luar biasa yang tidak semua politisi bisa melakukannya.
Terbukti di DPRD Lombok Tengah pada Pileg tahun 2019 ini, hanya 25 orang bisa mempertahankan kursinya, selebihnya harus kemas barang dari meja panas dari kantor yang beralamat di Jontlak Praya itu.
Sosok Ahmad Rifai dikenal sebagai figur muda yang energik. Pria yang lahir 04 Agustus 1984 memulai karirnya sebagai politisi saat terpilih menjadi anggota DPRD Lombok Tengah pada tahun 2009 lalu melalui Partai Keadilan Sejahtera. Sebelumnya ia hanyalah seorang guru di sekolah swasta, tepatnya di Mts. Nurul Hikmah di dusun kelahirannya, Pepao Barat, Desa Lekor, Kecamatan Janaprie.
” Saat itu umur saya baru 25 tahun. Saya jadi anggota dewan termuda se-NTB kala itu,” cerita Ahmad Rifai ketika terpilih pertama kali.
Terjun menjadi politisi, bagi Ahmad Rifai adalah salah satu cara untuk mewujudkan mimpi masyarakat. Dengan menjadi anggota dewan, banyak aspirasi masyarakat yang bisa ia perjuangkan dan realisasikan. Bagi masyarakat di Dapilnya, akan sulit mendapatkan perhatian pemerintah, jika tidak ada wakilnya di Dewan sebagai pengejawantahan dan representasi harapan dan keinginan masyarakat.
” Apa yang dibutuhkan masyarakat, tanpa lewat politik, atau menjadi pemangku kebijakan, tidak akan bisa kita lakukan. Misalnya, mau memperbaiki jalan suatu dusun, kalau tidak ada yang memperjuangkan, itu mustahil. Jadi masuk ke politik, apa yang dibutuhkan masyarakat, bisa kita cepat suarakan dan dapat didengar oleh pemerintah,” katanya.
Dengan alasan itulah membuatnya terus bersemangat menjadi wakil rakyat. Terlebih sikapnya yang apa adanya membuat masyarakat tetap menjatuhkan pilihan kepadanya untuk menjadi penyambung lidah rakyat terpinggir yang sebagian besar adalah petani dan pekerja UMKM tersebut.
Resepnya, kata Ahmad Rifai agar tetap dipercaya oleh masyarakat menjadi dewan ialah menepati janji. Jika sudah berjanji, maka kewajiban untuk melunasinya. Dengan bekal menepati janji, maka masyarakat tidak akan berpaling hati untuk memilih calon lain saat pemilihan Legislatif.
” Cuma resepnya adalah apa yang kita diamanahkan oleh masyarakat, apa kepentingan masyarakat, apa janji kita untuk masyarakat, itu kita lakukan. Itu saja kuncinya. Jangan sampai kita sudah janji, ingin membuatkan sesuatu ke masyarakat, sifatnya pribadi atau kelompok, terus kita tidak lakukan. mungkin itu akan jadi masalah,” terangnya.
Sikap kesederhanaan dan menepati janji inilah yang membuat Bendahara KNPI Lombok Tengah periode 2015-2018 ini bisa bertahan di kursi DPRD Lombok Tengah untuk ketiga kalinya.
” Ndak kita bawa diri sebagai pejabat sebagai apa, dihargai dan dihormati, tidak. kunci kita biasa-biasa saja. jadi ketika masyarakat itu datang ke rumah, kemudian juga saya mendatangi rumah masyarakat seperti biasa. tidak ada perbedaan,” katanya.
Baginya, makna berpolitik adalah saling membantu. Dengan ia terjun di ranah politik menjadi anggota dewan, dia bisa semakin banyak memberikan pertolongan kepada masyarakat. Satu kegembiraan luar biasa, jika bisa meringankan penderitaan orang lain dengan dirinya sebagai anggota dewan.
” Kalau saya ibaratkan, disanalah pengorbanan kita untuk saling bela membela, saling bantu, saling bahu membahu. Ketika saya ada jabatan sebagai anggota DPRD, lalu ada hak kita untuk memperjuangkan masyarakat, disanalah saya menikmati,” terang putra dari pasangan Haji Suherman-Hj Suherman ini.
Fokus Utama Periode Ketiga?
Untuk periode ketiga ini, Alumnus UIN Mataram yang kini kembali melanjutkan S2 ini menjelaskan akan berupaya semaksimal mungkin menutup kekurangan dalam pengabdian selama 2 periode belakang ini. Sejumlah persoalan yang selalu dikeluhkan masyarakat adalah tak lepas dari infrastruktur. Sejumlah jalan desa dan jalan dusun di semua desa menjadi perhatiannya.
” Infrastuktur ini terutama yang menjadi masalah jalan dusun dan jalan desa. Kalau masalah jalan kabupaten, say rasa sudah hampir 100 persen. kemudian jalan usaha tani yang perlu kita perbaiki,” katanya.
Tidak hanya soal Infrastuktur, perhatian dewan yang berkiprah di sejumlah organisasi seperti Himmah NW, FMN dan HMI ini menyebutkan pertanian menjadi persoalan yang mesti terus dibina. Persoalan air, baik untuk irigasi dan air minum kerap limit menjadi masalah yang tiap tahun dirasakan oleh masyarakat. Ke depan dirinya akan berupaya memperjuangkan agar Pemda menggelontorkan anggaran untuk pembuatan tandon penampung air sehingga saat musim kemarau, masyarakat tidak lagi kesulitan air.
Bukan saja itu, sarana kesehatan menjadi hal terpenting. Dimana masyarakat membutuhkan pelayanan kesehatan yang layak.
” Ke depannya, kita akan menggali aspirasi ke semua desa yang ada di dapil saya, Kopang-Janapria. Kira kira keluhan yang perlu sangat perioritas untuk kita berikan bantuan,” pungkasnya.
Bagi Ahmad Rifai, Pengabdian tak akan terhenti dalam ruang meja dewan semata. Pengabdian bagi dirinya adalah satu keniscayaan di setiap ruang dan waktu. Periode ketiga ini akan dimaksimalkan sebaik baiknya untuk kepentingan masyarakat.