Aliansi Forum Komunikasi Masyarakat Pemuda Praya Timur (Masprati) Kecamatan Praya Timur Lombok Tengah (Loteng), mendatangi pembangunan pasar seni anyaman tradisional, yang saat ini sedang di bangun di Desa Sengkerang Kecamatan Praya Timur Loteng.
Kedatangan sekelompok pemuda dan masyarakat tersebut, guna mempertanyakan kwalitas pembangunan pasar seni, yang dinilai banyak kejanggalan dan tidak sesuai dengan spek.
Asmaq Rohadi selaku ketua Masprati dihadapan sejumlah media masa mengatakan, kedatangannya bersama sejumlah pemuda dan masyarakat ke lokasi pembangunan, guna mempertanyakan, ada kejanggalan dalam pembangunan ini.
“Kami ingin, hasil pembangunan proyek pasar seni tradisional ini berkwalitas biar nanti dalam jangka panjang bisa di nikmati oleh masyarakat kami di Praya Timur. Atas dasar inilah kami bersama rekan rekan datang untuk mempertanyakan kejanggalan itu,” katanya.
Dari beberapa kejanggalan tersebut, pihaknya bersama anggota forum, akan membawanya ke ranah hukum, sehingga nantinya bisa dip roses. “Persoalan ini akan saya adukan ke kepolisian, biarlah nanti aparat penegak hukum yang akan turun dan membongkar beberapa kejanggalan itu,” ungkapnya.
Dijelaskan, adapun kejanggalan yang ditemukan diantaranya, para pekerja tidak diberikan helm pengaman, baju dan sepatu. Selanjutnya pagar slop gisting juga tidak sesuai dengan spek, galiannya juga tidak sesuai dengan yang ada di gambar dan beberapa kejanggalan lainnya.
“Semua kejanggalan sudah kami tuangkan dalam laporan, nantinya itu akan kami serahkan ke kepolisian, biar semua di usut,” ulangnya
Hal senada juga disampaikan Samudra Ibrahim, terhadap beberapa kejanggalan tersebut, pihaknya bersama anggota forum menilai, pembangunan pasar seni tradisional yang saat ini masih dalam proses pembangunan, dijadikan ladang korupsi, oleh sejumlah oknum, terutama dari pihak CV Cakra Buana NTB.
“Saat ini bapak presiden kita sedang gencar memberantas Korupsi, malah di proyek ini mereka sedang jadikan lahan korupsi dan ini akan kita laporkan segera,” ancamnya.
Sementara itu Septi Azril mengatakan, ketika teman teman mempersoalkan pembangunan, pihaknya hanya mempersoalkan pembangunan pasar seni Tradisional ini, tidak mengedepankan kearifan local. Artinya sejumlah pekerja, banyak didatangkan dari luar Kecamatan, sedangkan di dalam Kecamatan sendiri, masih banyak para tukang dan pekerja yang tidak memiliki pekerjaan.
“Saya setuju sekali apa yang dikatakan pak Ibrahim atau pak Bram, kalau pembangunan pasar seni ini dijadikan tempat ladang korupsi, buktinya para pekerja malah didatangkan dari luar, tidak memakai tenaga local. Ia siapa tahu agar mereka lebih leluasa melakukan praktik korupsi,” bebernya.
Sementara itu Humas CV Cakra Buana NTB Purne Mangunjaye mengatakan, pihaknya sangat tertarik dengan apa yang diinginkan para aliansi, untuk melaporkan pengerjaan ini ke aparat penegak hukum.
Kenapa pihaknya mengatakan demikian, sebab hanya orang yang ahlinya yang bisa dan tahu kwalitas dari pembangunan ini. Sedangkan di pembangunan ini, sudah ada kontraktor yang ahli dibidangnya, yang terus melakukan pengawasan.
“Silahkan laporkan ke aparat penegak hukum, biar nanti saya akan tuntut balik, dan saya tahu kok kemampuan mereka mereka, tahu apa tentang kwalitas proyek, saya hanya tertawa mendengar cuitan mereka,” tantangnya.
Selanjutnya menepis tudingan ladang korupsi, ia menyatakan untuk diketahui pembangunan pasar seni tradisional ini, anggarannya satu persen pun belum ada yang dicairkan, dan pihaknya atas nama CV Cakra Buana NTB menggunakan uang sendiri, untuk menanggulangi pembangunannya.
“Mereka semua masih belajar, jadi saya memakluminya. Untuk diketahui anggaran proyek ini belum cair, dan kami masih menggunakan anggaran yang ada dan itupun hasil patungan dengan sejumlah rekanan,” jelasnya.
Sementara untuk masalah tenaga setempat atau kearifan local, untuk diketahui dari 10 Desa di Praya Timur, semua tenaga dari 10 desa.
Dijelaskan, untuk tenaga sendiri, itu jauh sebelumnya sudah dilakukan sosialisasi, misalnya dari Desa Marong, Beleka, Ganti Landah, Mujur dan beberapa desa di Kecamatan Praya Timur.
Purne menyatakan, pengambilan tenaga itu disesuaikan dengan kehalian mereka masing masing dan sudah ditentukan apa saja yang akan mereka kerjakan.
Kenapa ini dilakukan, sebab pihaknya mengedepankan azaz peruntukan artinya masa pengerjaan pembangunan ini terbatas, sehingga tidak boleh ada pekerja yang numpuk dan yang lainnya.
Selanjutnya kenapa ada orang luar ikut bekerja, sebut saja ada satu orang dari Bima dan satu orang dari Semparu Kopang Loteng.
Dua orang ini kata Purna, memiliki skil yang berkenaan dengan konstruksi proyek, sehingga mereka perlu didatangkan sebagai penyeimbang.
“Yang jelas, semua apa yang menjadi tuntutan mereka sudah dilaksanakan, jika mereka keberatan kami atas nama ketua BPD Desa Sengkerang dan CV Cakra Buana NTB, selaku penanggung jawab. Siap meladani mereka sampai dimanapun dan di laporkan ke Presiden pun, kami persilahkan,” tegasnya. (ap)