Anggota DPRD NTB, Ruslan Turmuzi saat bersama warga dalam reses
Koresponden Koranmerah [Minggu, 10/11]
Sejumlah pedagang yang menempati areal pertokoan di belakang Toko Orien Praya mengeluhkan rencana penggusuran oleh Pemerintah Daerah Lombok Tengah. Pasalnya mereka tidak mau digusur atau dipindahkan mengingat sudah berpuluh tahun mereka berjualan disana. Hal ini mereka ungkapkan saat reses anggota DPRD Provinsi NTB, Ruslan Turmuzi, [8/11].
Salah satu pedagang, Hartini mengungkapkan dengan sedu sedan, mereka berharap Pemda Loteng mengurungkan niatnya untuk menggusur mereka. Karena menurut mereka, tempat itu adalah lahan rezeki bagi mereka yang selama ini menopang hidup mereka.
Jika mereka digusur, khawatir lahan berjualan mereka tidak ada lagi. Atau para pembeli tidak seramai di tempat ini. Mengingat, para pembeli sudah banyak berlangganan di tempat mereka. Dimana mereka yang banyak berjualan kuliner ini biasanya mendapat pelanggan dari karyawan yang ada di pertokoan Praya dan warga yang sudah mengetahui persis di tempat itu adalah lokasi berjualan beraneka ragam sayur mayur dan kuliner.
” Kami minta jangan dipindahkan. Disini tempat berjualan saya. Tempat rezeki saya. Sampai anak saya sarjana, ” kata Hartini mengiba.
Hartini mengungkapkan akan tetap bertahan di tempat ia berjualan sekarang, jika tidak ada kejelasan pemindahan yang sesui. Mereka tidak mau dipindahkan ke pasar Renteng seperti keinginan Pemda.
” Bagaimana kami mau pindah ke pasar Renteng, disana kami membeli barang sebagai pasar induk, masak kami mau jual disana lagi,” kata wanita paruh baya itu parau.
Mendengar keluhan itu, Ruslan Turmuzi menyatakan warga yang berjualan disana jangan serta merta mau dipindahkan. Karena berkaca di daerah lain, tidak ada ceritanya pemerintahnya melakukan pemindahan atau penggurusan pasar.
Ia mencontohkan pasar Sindu dan Pasar Getap Mataram. Dimana Pemkot Mataram tetap mempertahankan pasar itu, meski dibuat pasar baru. Untuk itu, Dia berharap warga tetap bertahan di tempat itu.
” Lama lama masyarakat ini selalu digusur. Padahal maksudnya pemerintah melakukan revitalisasi pasar itu, harus menyiapkan dulu. Ndak bisa diusir usir jamak-jamak. Sebelum bapak ibu diberikan tempat yang layak, jangan pindah. Tetap disitu. Bapak ibu bukan kemaren jadi pedagang disitu.” kata Ruslan.
Dewan 5 Priode itu menekankan agar Pemda Loteng tidak serta merta melakukan penggurusan terhadap warga. Ruslan meminta Bupati mengkaji baik buruknya dengan cermat terhadap rencana penggurusan pedagang belakang urin.
” Kalau ditetapkan tempat itu jadi pasar modern, harus disosialiasikan kepada masyarakat. Jangan hanya mengusir seperti ayam, ” katanya.
Ruslan menyarankan ke Pemda Loteng agar tidak menumpukkan pusat perdagangan hanya di pasar Renteng. Mestinya Pemda membuat pasar pasar satelit yang menopang pasar Renteng sebagai pasar Induknya. Ia mencontohkan di Mataram misalnya, Pasar Mandalika Bertais menjadi pasar Induk, sementara lainnya, Pemkot membuat pasar satelit di beberapa tempat.
” Mestinya pasar ini dibuatkan banyak banyak tempat. bukan satu. Kalau bisa tiap kampung. Sekali lagi, bapak ibu harus kompak. Kalau kompak, pasti bapak ibu diperhatikan,” pungkas ruslan.
Lebih lanjut, pria 4 orang anak ini mengharapkan agar para pedagang belakang Orien membentuk asosiasi pedagang sebagai sarana berjuang agar tidak digusur atau diberikan lokasi yang layak. Selain itu, Asosiasi itu juga bertujuan untuk memudahkan pembinaan kepada mereka dalam bentuk program pemberdayaan dan modal dari pemerintah.