Koresponden Koranmerah.com
Balita laki-laki HW (2), penduduk Gunung Sari, Kabupaten Lombok Barat yang diumumkan Satuan Gugus Tugas Percepatan Covid-19 Provinsi NTB sebagai salah satu dari delapan kasus penambahan terkonfirmasi positif Covid-19, Sabtu malam (11/4), saat ini ini masih dirawat di ruang isolasi RSUD Provinsi NTB dalam konsisi membaik.
Ibu HW turut diisolasi bersama putranya, juga dalam kondisi baik, dan masih menunggu hasil pemeriksaan swab yang dilakukan di Laboratorium Biomedik RSUD Provinsi NTB.
“Saat ini pasien dengan ibunya dirawat di RSUD Provinsi NTB dalam keadaan membaik,” kata Kepala Dinas Kesehatan Provinsi NTB, dr Nurhandini Eka Dewi, Sabtu malam (11/4) di Mataram.
HW merupakan pasien positif Covid-19 nomor 27, dari 33 kasus komulatif positif di Provinsi NTB. Berdasarkan rilis resmi Satuan Gugus Tugas NTB, pasien nomor 27 dan keluarganya tidak punya riwayat bepergian ke daerah terjangkit Covid-19, dan tidak punya riwayat kontak dengan pasien Covid-19 sebelumnya.
Eka menjelaskan, HW masuk dan dirawat di RSUD Provinsi NTB sejak Jumat 3 April lalu, dengan keadaaan pneunomia berat dan anemia.
Dijelaskan, dalam situasi pandemi Covid-19 ini, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) sudah meminta agar semua pasien anak dengan gejala pneumonia berat di daerah dengan transmisi lokal yang dirawat di Rumah Sakit harus dirawat sebagai Pasien Dalam Pengawasan (PDP), dan harus dilakukan uji swab.
Pertimbangannya karena anak-anak adalah kelompok yang rentan, dan dalam keadaan sakit berat mudah tertumpangi oleh Covid-19. Hal ini juga sudah dilakukan untuk semua pasien anak dengan pneumonia nerat di seluruh Indonesia, terutama di daerah dengan transmisi lokal.
“Sehingga setelah tanggal 3 masuk ke RS, hari berikutnya kita lakukan swab terhadap HW dan dirawat sebagai PDP walaupun tidak ada riwayat kontak. Jadi resiko anak tertular secara epidemiologis yang menjadi dasar pemeriksaan ini, dan hasilnya malam ini diumumkan positif,” katanya.
Menjawab banyak pertanyaan, dari mana HW tertular, Eka menjelaskan, saat ini petugas kesehatan terus melakukan contact tracing untuk kasus HW, menelusuri dan melakan screening dan dilakukan uji swab bagi keluarga, tetangga dan orang-orang yang pernah dekat dengan HW.
“Kenyataan yang harus kita terima saat ini, ada carier yang tidak menunjukkan gejala di sekitar anak ini. Contact tracing sudah dilakukan ke riwayat kontak erat. Nanti hasil swab kontak erat ini yang menjawab dimana cariernya, atau siapa penularnya,” kata Eka.
Eka mengungkapkan, dalam epidemiologi saat pandemi maka kasus seperti HW ini akan muncul di satu titik, yaitu saat sudah muncul carier di sekitar namun tidak disadari oleh masyarakat sekitar. Keberadaannya akhirnya baru disadari setelah muncul kasus.
“Sehingga anjuran jaga jarak, rajin cuci tangan, dan menggunakan masker saat bepergian memang harus mulai ditaati. Sebab yang paling berbahaya menularkan itu carier yang tanpa gejala. Seseorang yang sudah terpapar, namun secara klinis dia sehat, ini yang rentan. Sehingg concat tracing ini menjadi penting kita tingkatkan,” katanya.
Kasus HW ini semakin menunjukan bahwa perjuangan NTB bukan hanya mencegah dan meminimalisir potensi penyebaran Covid-19 dari carrier luar daerah. Sebab, transmisi lokal pun sudah terjadi di beberapa daerah di NTB.
“Transmisi lokal sudah terjadi di Mataram, Lombok Timur, dan sekarang Lombok Barat. Sudah terjadi transmisi lokal dari penderita Covid-19 kepada orang di sekitarnya,” katanya.
BACA JUGA: