Lombok Utara kini menjadi daerah zona merah Covid-19, dimana jumlah kasus positif mengalami trend meningkat.
Gugus Tugas Covid-19 Provinsi NTB mengumumkan 21 kasus positif baru di NTB pada Selasa petang (28/4), di mana delapan kasus diantaranya merupakan penduduk Lombok Utara.
Penambahan delapan kasus positif baru tersebut membuat jumlah kasus positif Covid-19 di daerah Dayan Gunung itu kini mencapai 11 kasus.
Jumlah angka kesembuhan di Kabupaten tersebut yang sebelumnya tercatat 1 orang sembuh, ternyata masih dinyatakan positif dan harus dirawat isolasi di RS rujukan.
Pasien nomor 11, pria berinisial N (65) asal Kecamatan Tanjung, Kabupaten Lombok Utara, sempat dinyatakan sembuh. Tapi setelah uji swab kembali dilakukan rupanya masih positif.
Secara komulatif, dengan angka kesembuhan baru sebanyak delapan orang di NTB pada Selasa (28/4) seharusnya NTB mencatat angka kesembuhan total 31 orang. Namun menjadi hanya 30, karena pasien sembuh di Lombok Utara, ternyata masih positif.
Kepala Dinas Kesehatan NTB, dr Nurhandini Eka Dewi membenarkan, hal tersebut. Menurut dia pasien 11-NTB yang menjadi pasien positif pertama di KLU sempat dinyatakan sembuh.
“Tetapi rupanya dari dua kali swab negatif ada 1 yang masih positif, sehingga dokter Satgas bersangkutan meminta dilakukan swab satu kali lagi untuk dinyatakan sembuh,” kata Nurhandini, Selasa malam (28/4).
Berdasarkan Data Gugus Tugas Covid-19 NTB, kasus positif di KLU hingga Selasa (28/4) sebanyak 11 orang yang kesemunya merupakan klaster Gowa yaitu:
Pasien yang tercatat dengan nomor 11, pria berinisial N (65) asal Kecamatan Tanjung, Pasien nomor 42, an. Tn. A, laki-laki, usia 55 tahun, penduduk Desa Nipah, Kecamatan Pemenang, Pasien nomor 43, an. Tn. M, laki-laki, usia 68 tahun, penduduk Desa Teniga, Kecamatan Tanjung, Pasien nomor 207, an Tn. J, laki-laki, usia 80 tahun, penduduk Desa Kerujuk, Kecamatan Pemenang, Pasien nomor 208, an. Tn. H, laki-laki, usia 31 tahun, penduduk Desa Karang Desa, Kecamatan Tanjung, Pasien nomor 209, an. Tn. D, laki-laki, usia 28 tahun, penduduk Desa Teres Genit, Kecamatan Bayan.
Sementara itu Pasien yang tercatat dengan nomor 210, an. Tn. A, laki-laki, usia 45 tahun, penduduk Desa Bayan, Kecamatan Bayan, Pasien nomor 211, an. Tn. AM, laki-laki, usia 38 tahun, penduduk Desa Dasan Lendang, Kecamatan Bayan, Pasien nomor 212, an. Tn. MA, laki-laki, usia 52 tahun, penduduk Desa Lendang Bamben, Kecamatan Bayan, Pasien nomor 213, an. Tn. M, laki-laki, usia 38 tahun, penduduk Desa Bayan, Kecamatan Bayan, dan Pasien nomor 214, an. Tn. M, laki-laki, usia 45 tahun, penduduk Desa Akar-Akar, Kecamatan Bayan.
Sementara itu, Menyikapi perkembangan kasus di Lombok Utara, Direktur Lombok Global Institute (Logis) M Fihiruddin menilai Lombok Utara merupakan salah satu daerah yang terkesan lamban dalam mengantispasi penyebaran Covid-19 dibanding daerah Kabupaten/Kota lainnya di NTB.
Padahal sejak awal pandemi Covid-19 terjadi di Indonesia pada Februari lalu, Lombok Utara menjadi daerah paling disoroti lantaran kawasan destinasi tiga Gili dinilai menjadi pusat arus lalulintas wisatawan dari berbagai negara.
Pemprov NTB juga memberikan perhatian serius dengan mulai menutup akses ke Gili-Gili di sana, kemudian melakukan penyemprotan disinfektan secara masal.
Namun, alih-alih melakukan tindakan lanjutan memproteksi daerah Kecamatan lainnya, hingga awal April 2020, Pemda Lombok Utara justru masih saja berfokus pada tiga Gili, yang idealnya sudah bisa dikatakan aman.
“Kan lucu saja. Kawasan Gili yang sebenarnya sudah aman karena tidak ada lagi arus keluar masuk wisatawan, justru disemprot-semprot disinfektan. Sementara hal lain yang lebih urgent seperti penyediaan fasilitas karantina dan isolasi seperti dinomor-duakan,” katanya.
Menurutnya, akibat terlalu fokus ke Gili akhirnya sejumlah kasus positif yang muncul justru dari Kecamatan lainnya di KLU.
Fihir menegaskan, harusnya Lombok Utara punya strategi dan rencana matang dalam menghadapi pandemi Covid-19 ini, dan tidak sekadar membuat kegiatan yang kesannya justru membuang-buang anggaran.
“Harusnya KLU bisa mencontoh Kota Mataram dan Lombok Timur, upaya-upaya nyata dan terukur yang harusnya dilakukan saat ini,” katanya.
Sementara itu, Koordinator Bidang Kehumasan/Juru Bicara Gugus Covid-19 KLU, Evi Winarni didampingi Kabag Humas dan Protokol Setda KLU Mujaddid Muhas, menekankan bahwa upaya Pemda KLU dalam mencegah dan menanganai Covid-19 sudah dilakukan maksimal dan komprehensif.
“Dan langkah secara umum berlangsung sinergis dan komprehensif bersama multipihak termasuk unsur TNI, Polri, PMI, Orari -Rapi dan lainnya,” jelas Evi, Rabu (29/4).
Plt. Asisten Administrasi Umum Setda KLU itu memaparkan, kegiatan-kegiatan yang telah dilaksanakan antara lain pengamanan dan pengecekan suhu tubuh tiap orang di kawasan perbatasan pintu masuk KLU, penyemprotan disinfektan di tempat-tempat umum, pembagian masker, sosialisasi bahaya wabah corona serta menyampaikan imbauan kepada masyarakat terkait pencegahan Covid-19.
“Upaya lainnya, gugus tugas bersama Bapenda KLU menyediakan pasar murah, pemberian sembako dan beras dari cadangan pangan kepada keluarga pasien reaktif, menyediakan dapur umum kepada pasien reaktif yang kini tengah dikarantina di Unit Pelayanan Karantina Covid-19, serta melaksanakan protap Covid-19 di pasar-pasar tradisional yang diawali dari Pasar Tanjung,” katanya.
Berdasarkan data tebaru dari Gugus Covid-19 KLU, hingga Rabu (29/4) ini telah dilakukan contact tracing kepada 337 orang untuk kemudian di-RDT (Rapid Diagnosis Test) dengan hasil ditemukan 74 orang reaktif.
Dari 74 orang berstatus reaktif tersebut, sejumlah 65 orang dikarantina di Unit Pelayanan Covid-19 KLU, serta 9 orang lainnya melakukan isolasi mandiri dengan pemantauan puskesmas setempat oleh Survailence dan TGC Puskesmas.
“Dari sejumlah 65 pasien reaktif yang sedang dikarantina di Unit Pelayanan Covid-19, telah dilakukan Swab terhadap 30 orang pada tanggal 25 April 2020. Swab juga dilakukan kepada 16 orang pada tanggal 27 April 2020,” tuturnya.
Ditambahkannya, Pemerintah Kabupaten Lombok Utara juga terus memberikan bantuan sembako kepada keluarga pasien atau desa yang berkategori zona merah. Bantuan yang diberikan tersebut, bersumber dari pemerintah maupun para donatur.
Dijelaskan, anggaran penanganan Covid -19 di KLU mencapai Rp.65 miliar lebih meliputi anggaran BTT (APBD Murni) sejumlah Rp1,25 Miliar dan dan Refocusing sejumlah Rp.63,89 Milar lebih.
“Sementara sampai saat ini anggaran yang sudah dikeluarkan ke BPBD, Dinsos, dan Dikes sejumlah Rp6 Miliar lebih,” katanya. (*)