Harga daging sapi pada sejumlah pasar tradisional di Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat, pada H-2 Idul Fitri 1441 Hijriah, mencapai Rp150.000 per kilogram dari harga normal sekitar Rp125.000-130.000 per kilogram.
Kepala Dinas Pertanian Kota Mataram H Mutawalli di Mataram, Jumat, mengatakan kenaikan harga daging sapi lokal menjelang Lebaran itu memang sudah diprediksi, karena permintaan dan harga ternak sapi meningkat.
“Kami sudah memprediksi harga daging sapi jelang Lebaran tahun ini lebih tinggi dibandingkan dengan tahun sebelumnya, karena pandemi COVID-19, berdampak juga pada stok sapi yang terbatas sehingga harga ternak sapi tinggi,” katanya.
Dalam hal kenaikan harga ini, pihaknya tidak dapat melakukan intervensi sebab permintaan meningkat dan stok terbatas.
“Jadi harga daging sapi yang mencapai Rp140.000 hingga Rp150.000 per kilogram, masih kita anggap wajar,” katanya.
Menurutnya, keterbatasan stok sapi yang ada saat ini dapat dilihat dari tingkat pemotongan ternak sapi di dua Rumah Potong Hewan (RPH) Mataram yakni RPH Majeluk dan RPH Sekarbela.
“Penurunannya hingga 50 persen. Pada H-2 hari ini jumlah pemotongan di RPH Sekarbela hanya 37 ekor dan 35 ekor di RPH Majeluk, biasanya jelang lebaran lebih dari 50 ekor,” sebutnya.
Untuk memenuhi kebutuhan daging dan masyarakat memiliki pilihan, dalam pekan ini Distan telah menyiapkan daging beku impor sebanyak 30 ton.
Daging beku yang biasanya hanya untuk pasar modern, saat ini banyak juga beredar di pasar tradisional, namun harganya juga naik yakni Rp105.000 per kilogram pada tingkat distributor dari harga semula kisaran Rp80 ribu-90 ribu per kilogram.
Kenaikan harga daging sapi beku itu, dipicu karena daging impor yang biasa didatangkan dari India kini sudah tidak ada karena India sedang lockdown untuk penanganan COVID-19.
“Daging beku yang ada saat ini dari Australia, New Zealand dan Brazil sehingga harganya lebih mahal,” katanya.[Antara]