Kepala Dinas Pariwisata Nusa Tenggara Barat (NTB), H Lalu Moh Faozal menyebutkan sejumlah hotel sudah mempromosikan paket isolasi mandiri dengan protokol COVID-19.
Perhotelan dapat menjadi opsi pemerintah sebagai fasilitas isolasi mandiri untuk mencegah penyebaran COVID-19, terlebih ketika angka kunjungan wisata NTB yang menurun drastis saat ini.
“Pengusaha hotel dapat ikut berpartisipasi membantu penanganan COVID-19, sekaligus memastikan bahwa operasional bisnis mereka bisa terus berjalan dengan adanya permintaaan dari sejumlah pihak. Selain itu, perekonomian bisa kembali bangkit melalui sektor pariwisata,” kata Faozal saat dihubungi, Kamis (28/5).
Industri perhotelan jelas terkena dampak yang hebat dari pandemi COVID-19. Berdasarkan data dari Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI), akibat COVID-19, lebih dari 3.100 karyawan hotel di NTB dirumahkan. Ketua DPD Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) NTB Ni Ketut Wolini mengatakan hingga saat ini ada 24 hotel yang tutup untuk sementara waktu.
“Berdasarkan data yang masuk, untuk anggota PHRI saja jumlah hotel yang tutup sebanyak 24, sedangkan 32 hotel lainnya masih buka. Akibat dari penutupan tersebut, sebanyak 1.932 orang kehilangan pekerjaan mereka untuk sementara waktu,” katanya beberapa waktu lalu.
Saat ini, penggunaan hotel sebagai sarana isolasi mandiri sudah dilakukan oleh Satuan Tugas Pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) Universitas Mataram (Unram) Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat dengan menggandeng dua perusahaan perhotelan setempat sebagai lokasi isolasi mandiri bagi pasien yang terindikasi COVID-19, untuk mengantisipasi keterbatasan tempat di ruang isolasi RS Unram.
“Opsi ini ditawarkan bagi pasien yang kondisinya tidak parah, seperti yang telah dilakukan pemerintah dengan memanfaatkan Wisma Nusantara, sebagai lokasi isolasi mandiri bagi yang ringan dan sedang. Kami melihat bahwa banyak hotel yang melakukan PHK (Pemutusan Hubungan Kerja) dan banyak kamar yang tidak terpakai, jadi kami melihat kerja sama ini juga sebagai solusi bagi usaha perhotelan yang terdampak COVID-19,” Direktur RS Unram Kota Mataram dr Taufik.
Tidak hanya pemerintah, Kadispar NTB juga mengatakan pihak swasta dan masyarakat seharusnya juga turut memanfaatkan hotel untuk langkah pencegahan ekstra.
“Pemanfaatan hotel untuk fasilitas isolasi mandiri karyawan sudah mulai dilakukan oleh perusahaan besar, seperti PT AMNT (Amman Mineral Nusa Tenggara) yang bekerja sama dengan enam hotel di Pulau Lombok sejauh ini,” jelas Faozal.
PT AMNT memang sudah memulai inisiatif dengan menggandeng 6 hotel di Lombok sebagai fasilitas isolasi mandiri karyawan yang memasuki pergantian shift.
Head of Corporate Communications PT. AMNT, Kartika Octaviana menjelaskan bahwa seluruh karyawan yang ditempatkan adalah mereka yang tidak memiliki gejala, bukan yang positif.
“Kami menyewa sepenuhnya gedung hotel tersebut dan menerapkan standar protokol COVID-19 dengan pengawasan yang ketat. Pengecekan kesehatan secara berkala juga dilakukan oleh tim medis yang sudah ditugaskan di hotel-hotel tersebut. Dengan demikian, karyawan kami dan masyarakat sekitar bisa tetap tenang, karena lokasi isolasi mandiri bukanlah untuk mereka yang sakit,” jelas Kartika.
Kartika menambahkan bahwa PT AMNT terus berkoordinasi dengan berbagai pemangku kepentingan serta elemen masyarakat. Kolaborasi antara pemerintah, pihak swasta, dan masyarakat sangat dibutuhkan untuk bisa segera melalui pandemi COVID-19, namun tetap menjaga roda perekonomian tetap berputar.[Antara]