Bank NTB Syariah terus berbenah dan meningkatkan pelayanan untuk menjadi Bank unggulan di Provinsi NTB. Dalam dua tahun terakhir, Bank Syariah NTB mencatat peningkatan nilai asset dan laba tahunan yang terus meningkat.
Hal tersebut tak lepas dari strategi dan kebijakan Dirut Bank NTB Syariah, Kukuh Rahardjo dalam memimpin biduk Bank Daerah kebanggaan masyarakat Nusa Tenggara Barat ini.
Agustus 2020 ini genap dua tahun, Kukuh Rahardjo menjabat Dirut PT Bank NTB Syariah. Posisi asset Bank NTB Syariah pada Juni 2020 telah mencapai Rp10,2 Triliun atau 68% dari total kapitalisasi asset perbankan syariah di NTB sekitar Rp14,56 Triliun,
“Laba kita juga terus meningkat dari Rp152 miliar pada 2018 menjadi Rp163 miliar di tahun 2019,” kata Dirut PT Bank NTB Syariah, Kukuh Raharjo, Minggu (22/8) di Mataram.
Pria humble ini mengungkapkan, saat awal menjabat sebagai Dirut pada September 2018, asset Bank NTB telah tergerus dari Rp.8,8 trilyun menjadi Rp. 7,9 trilyun dan dengan kecenderungan perolehan laba yang lebih rendah dibanding posisi September 2017.
“Kalau untuk membesarkan asset itu mudah, tapi menjadikannya sebagai asset produktif butuh effort yang lebih besar. Gubernur sebagai Pemegang Saham Pengendali, lebih memilih alternatif yang dapat memberikan manfaat jangka pendek memenuhi harapan Pemegang Saham terhadap deviden dan manfaat jangka panjang berupa penguatan pondasi finansial yang lebih bagus. Itulah sebabnya dalam 3 bulan masa kepemimpinan awal kebijakan lebih diarahkan untuk pencapaian laba yang akan lebih bermanfaat bagi Pemegang Saham, dalam hal ini Pemprov dan seluruh Pemda Kabupaten/Kota,” ulasnya.
Saat itu di tahun 2018, Kukuh mengambil keputusan untuk mengurangi beban yang terlalu besar, salah satunya termasuk optimalisasi pengelolaan Dana Pihak Ketiga (DKP) dengan mengurangi jumlah DPK secara proporsional.”Memang asset terlihat turun dan sempat jadi polemik. Tapi ibaratnya Saya nggak mau gemuk tapi berlemak, lebih baik kecil tapi berotot. Asset memang turun, tetapi perolehan laba lebih tinggi,” jelasnya.
Menurut Kukuh, Kebijakan itu sempat membuat asset Bank NTB Syariah turun dari posisi September 2018 sebesar Rp7,9 Triliun menjadi Rp7 Triliun pada Desember 2018. Namun dalam tiga bulan kemudian pada Desember 2018 laba bank meningkat dari Rp134 miliar menjadi Rp152 miliar, lebih tinggi dibandingkan perolehan laba tahun 2017 sebesar Rp147 Miliar dan yang menggembirakan adalah pencapaian asset pada Desember 2019 sebesar Rp 8,6 Triliun dengan laba Rp163 miliar.
“OJK NTB menilai raihan Bank NTB Syariah cukup bagus dan semakin menempatkan diri sebagai bank sehat,” imbuhnya
Layanan Digital
Di bawah kepemimpinan Kukuh Raharjo, Bank NTB Syariah juga membuka transparansi dengan lebih membuka diri terhadap informasi aktivitas dan kinerja melalui official website.
“Website kita buka lebih komunikatif, ada kolom untuk UMKM dan lain lain. Kekuatan kita bangun satu satu. Selama dua tahun ini yang kita bangun sisi internal. Salah satunya masyarakat harus bangga dengan Bank NTB Syariah”, kata Kukuh sembari mengatakan Outlet Cabang Bank NTB Syariah di sejumlah lokasi dibenahi baik tampilan bangunan dan pelayanannya.
“Masyarakat NTB mau masuk ke Bank Daerah tapi kesannya serba kurang dan akhirnya memilih bank yang lebih bagus. Maka kita coba untuk setarakan. Transaksi digital melalui Mobile Banking Bank NTB Syariah kita upayakan agar bisa setara, baik secara desain, kemudahan penggunaan, fungsi dan jenis transaksi saat ini sudah setara dengan mobile banking Bank Nasional. Perbaikan internal dan sistem digital perlahan membuat masyarakat makin percaya dengan layanan Bank NTB Syariah,” ulasnya.
“Perlahan lahan, begitu masyarakat pakai mobile banking ini untuk bayar air, listrik, PBB, beli pulsa, kita ada dapat keuntungan. Nah dulu sumber pendapatan lain seperti ini nggak pernah dilihat,” katanya.
Kukuh mengibaratkan, sebuah restoran dengan menu yang nikmat tetap akan sepi pengunjung jika tak menyediakan minuman, tempat makan kurang nyaman, dan pelayanan tidak memuaskan.
“Resto menunya enak tapi pendukungnya nggak lengkap pasti orang enggan datang.
Nah kita berubah dalam bentuk itu dulu. Begitu datang masuk restoran pelayanan ramah, layanan bagus. Jadi Bank NTB Syariah benar-benar merubah pola layanan seperti itu,” tambahnya.
Paradigma fungsi pelayanan juga ditanamkan Kukuh Raharjo pada jajarannya. Keberadaan Bank NTB adalah melayani masyarakat.
“Dulu kita merasa dibutuhkan sehingga pelayanan nggak maksimal. Nah sekarang kita ubah, kami yang membutuhkan masyarakat di luar, karena masyarakatlah pemilik kekayaan yang sesungguhnya. Jadi masyarakat yang boleh sombong bukan Bank,” kata Kukuh yang dikenal sebagai salah satu sosok Pimpinan Bank penuh inovasi.
Market share Bank NTB Syariah juga meningkat setelah berbagai kebijakan dibenahi Kukuh Raharjo. Market share yang tadinya 13-14 persen kini menjadi kisaran 23-26 persen.
Kukuh mengatakan, kinerja Bank NTB Syariah akan terus ditingkatkan ke depan. Ia juga mengapresiasi masyarakat NTB yang terus mendukung dan mulai mencintai Bank daerah ini.
“Tentu semua capaian ini tak ada maknanya tanpa partisipasi masyarakat NTB. Kami sangat mengapresiasi kepercayaan masyarakat kepada Bank NTB Syariah. Doakan kami agar senantiasa tetap dapat berkarya untuk kebaikan dan kemaslahatan masyarakat NTB,” tukasnya.