Peristiwa berdarah yang memakan korban jiwa enam orang laskar Front Pembela Islam (FPI) mengusik mantan Wakil Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) As’ad Said Ali untuk ikut berkomentar.
“Terjadinya aksi kekerasan antara beberapa anggaota Polri dengan FPI di Karawang, mengusik saya untuk berbagi ilmu tentang “penguntitan”. tulis As’ad Ali yang dia unggah di akun Facebooknya, Selasa (8/12).
Dalam Istilah yang lazim dunia intelijen, penguntitan adalah “penjejakan fisik” atau “ physical surveillance “. Tujuannya kata As’ad Ali untuk mengetahui keberadaan lawan.
Jika physical surveillance atau penguntitan menggunakan kendaraan roda empat, minimal yang digunakan dua kali lipat dari jumlah mobil yang diikuti.
Ketika lawan curiga, kata Ali, lazimnya si penguntit membatalkan misinya atau menekan lawan untuk menghentikan mobil , tetapi tetap berpura-pura tidak menjejaki yang bersangkutan, misalnya mengatakan ada kesalah pahamanan, sehingga misi tersebut masih rahasia alias tidak terbongkar.
“Kalau sampai terjadi aksi kekerasan apalagi pembunuhan, maka misinya bukan surveillance, tetapi ada misi lain atau kecerobohan petugas. Walllahu a’lam,” tandas mantan pria yang juga pernah menjabat Waketum PBNU ini.
Untuk itu, ia menyerahkan sepenuhnya kepada pemerintah dan aparat keamanan yang telah membentuk team pencari fakta. Ia berharap tim itu bisa menjelaskan apa yang terjadi demi “ kebenaran”.
“Rakyat nggak usah ikut-ikutan, jaga diri dari ancaman Covid-19,” tutup Wakil Kepala BIN sembilan tahun itu. [Gelora]