Beranda Editorial Entram, Cara NTB Bantu Indonesia Lacak Covid 19

Entram, Cara NTB Bantu Indonesia Lacak Covid 19

0
BERBAGI
Entram NTB
Editorial Koranmerah.com

Kegelisahan Gubernur NTB menjadi awal hadirnya satu terobosan yang di daerah provinsi lain di Indonesia tak pernah terpikirkan.
Pandemi Covid 19 yang merebak di NTB menjadikan Zulkfiliemansyah putar otak untuk menghadirkan satu inovasi yang dapat membantu meringankan beban menangani covid 19.
Kisah ini berawal dari kesulitan untuk melakukan tracing (penelusuran) kasus Covid-19, karena keterbatasan jumlah alat tes antigen.Ketika itu, kasus Covid-19 meledak hampir merata di seluruh Indonesia.Pasokan alat tes antigen yang tidak seimbang dengan desakan tracing, harus dicarikan solusi.
Akhirnya, Gubernur NTB, Dr.H.Zulkieflimansyah spontan menantang Prof. Dr.dr.Mulyanto, Direktur Laboratorium Hepatika Bumi Gora, untuk mencari solusinya. Dan solusi itu adalah Entram, sebuah alat tes antigen yang dibidani melalui kolaborasi Laboratorium Hepatika Bumi Gora, Mataram dengan Universitas Mataram (Unram).
Laboratorium Hepatika Bumi Gora Mataram berhasil membuat alat rapid test antigen. Riset untuk menemukan formula membuat alat rapid test antigen tidak mudah. Saat ini Laboratorium Hepatika jadi salah satu lembaga di Indonesia selain Universitas Padjadjaran yang berhasil melakukan riset dan membuat alat rapid test antigen.
Beberapa teknisi Laboratorium Hepatika menggunakan jas laboratorium tampak sibuk di dalam ruangan berpendingin. Seorang teknisi memotong kertas khusus menggunakan pemotong khusus. Kemudian teknisi lainnya menandai kertas itu, membawanya dalam papan untuk dikeringkan selama satu jam.
Setelah kering, kertas itu kembali dipotong menjadi strip-strip, lalu dimasukkan dalam kaset. Berikutnya dilakukan pengemasan ke dalam wadah plastik.
Direktur Laboratorium Hepatika Bumi Gora, Prof. Dr. dr. Mulyanto beberapa waktu lalu mengatakan, pihaknya bisa memproduksi alat rapid antigen itu sebanyak 10 ribu dalam satu hari.
“Untuk alatnya, satu hari bisa 10 ribu dihasilkan, yang lama membungkusnya, karena manual, tidak pakai alat,” ujarnya.
Menurutnya, di Indonesia riset untuk pembuatan alat rapid test antigen ini belum banyak dilakukan oleh lembaga lain, hanya dilakukan Universitas Padjajaran. Diakuinya memang ada beberapa perusahaan di Indonesia yang mengemas bahan dari luar negeri. “Kalau di Indonesia, banyak yang bahannya dari China dan Korea, ada juga yang dibuat di Indnesia tapi assembling atau bahan dari luar dikemas di Indonesia,” ujarnya.
Mulyanto menyampaikan, menemukan formulanya itu yang sulit, sedangkan untuk perakitan atau pembuatannya relatif mudah, apalagi Laboratorium Hepatika sudah memiliki pengalaman membuat alat tes. Risetnya sudah dimulai sejak satu bulan yang lalu, setelah Gubernur NTB menantang Laboratorium Hepatika membuat inovasi setelah berhasil membuat alat rapid test antibody sebelumnya.
“Pembuatan alatnya sederhana, tetapi mencari bagaimana formula, caranya, dan waktunya, itu yang sulit, sehingga tidak semua bisa,” ungkapnya.
Ia mengakui, laboratorium atau pabrik Hepatika relatif tidak ada, terutama yang melakukan penelitian dan inovasi dari awal. ‘’Kami ini dari awal, buat bahannya segala macam. Praktis di sini satu-satunya, Pak Gubernur bilang, NTB ini tidak hanya menghasilkan produk UMKM, ini produk sudah bersaing di internasional,’’ ujar Mulyanto mengutip pernyataan Gubernur NTB.
Penelitian yang dilakukan Hepatika relatif cepat karena Hepatika sudah memiliki alatnya. Apalagi pada tahun 2016 Hepatika juga membuat tes antigen untuk virus flu burung. “Ini kan mirip-mirip, atau (sederhananya) saudaranya Covid-19. Kami tinggal hitung ulang, dicoba, dan dites validasi,’’ katanya.
Ia menyampaikan, anggaran riset untuk membuat alat rapid test antigen ini berasal dari anggaran Hepatika sendiri. “Kami sisihkan dari penjualan reagen, selain untuk Covid, kami juga membuat untuk tes hepatitis B, hepatitis C, malaria, HIV, dan tes kehamilan. Ada keuntungan untuk kegiatan operasional,’’ ujarnya.
Diakuinya, Hepatika sebenarnya bukan lembaga profit, lebih menjurus ke lembaga semi profit, karena keuntungannya dipakai untuk pengembangan produk lain.
Mulyanto menjelaskan, komponen utama dari alat ini adalah antibody terhadap virus Covid-19. Komponen itu dilekatkan di kertas. “Ada sampel virusnya, virusnya akan menempel, antibody yang ditandai akan menempel dan kelihatan warna merah,” katanya.
Setelah prototipe jadi kemudian dikirim ke Rumah Sakit Universitas Mataram untuk tes validasinya. Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan bersama Unram, produk rapid test antigen kualitasnya jauh lebih baik dibandingkan produk komersial yang sudah ada di RS Unram.
Lounching Entram
Pada hari Senin (10/05/2021) yang dihadiri oleh Bupati/Walikota se-Pulau lombok dan Bupati/ Walikota se-Pulau Sumbawa secara virtual, Gubernur Nusa Tenggara Barat Dr. H. Zulkieflimansyah, SE., M. Sc. melaunching Rapid Antigen Entram produk yang dihasilkan oleh NTB, di STIPark Banyumulek.
Lounching ini merupakan acara lanjutan sejak Entram resmi diluncurkan pada Kami 25 Februari 2021.
Dalam sambutannya, Gubernur NTB mengatakan tugas pemerintah bukan memberi produk tapi membantu dalam proses industrialisasi. “Rapid antigen di launching di STIPark artinya NTB mampu membuat rapid antigen yang canggih,” ungkapnya saat itu.
Entram (NTB-Universitas Mataram), nama alat tes antigen Covid-19 ini. Entram lahir dari kolaborasi Laboratorium Hepatika Bumi Gora, Mataram dengan Universitas Mataram (Unram). Alat pendeteksi virus Corona yang diciptakan putra-putri terbaik NTB ini, memiliki sensivitasnya sebesar 92,31 persen, sedangkan standar Kemenkes lebih dari 80 persen. Begitu juga spesivitasnya sebesar 97,65 persen, sedangkan standar Kemenkes 97 persen. Kecepatan mendiagnosis antara 15 – 20 menit.
” Inilah kelebihan Entram, sumbangsih NTB untuk Indonesia,” kata Gubernur.
Sejak peluncuran, Entram intens diperkenalkan ke berbagai kementerian, hingga ke provinsi-provinsi.
Bahkan Keberhasilan Provinsi NTB melahirkan Entram, produk alat rapid test antigen yang berkualitas, menjadi kejutan yang menyenangkan bagi Menteri Kesehatan (Menkes) RI, Budi Gunadi Sadikin. Hal itu terungkap setelah Gubernur NTB, Dr. H. Zulkieflimansyah bertemu Menkes di Jakarta, Selasa, 9 Maret 2021.
” Dia kaget, karena provinsi seperti NTB ternyanta bisa menghasilkan produk seperti itu,’’ Kata Gubernur.
Semakin Dilirik Dan Dikembangkan
Entram merupakan alat rapid tes antigen Covid-19 berteknologi tinggi yang dibuat oleh anak-anak muda di Laboratorium Hepatika NTB. Untuk mengembangkan produk ini, dilakukan nota kerjasama antara Pemprov NTB dengan sejumlah pihak. Diantaranya Indofarma dan RSUD Unram.
Menyambut kerjasama ini, Direktur Utama PT. Indofarma  (Persero) Tbk, Arief Pramuhanto mengapresiasi kegigihan Pemerintah Provinsi NTB atas keseriusannya menciptakan inovasi-inovasi baru dalam dunia kesehatan.
“Tentunya kami sangat senang menjalin kerjasama dengan Lab. Hepatika Mataram dan Rumah Sakit Universitas Mataram. Kami juga mengapresiasi pemerintah provinsi atas dukungannya terhadap proses produksi Entram,” ungkapnya saat menghadiri acara Penandatanganan MoU Riset dan Produk Teknologi di Aula RS Unram, Senin (22/11).
Selain Dirut PT Indofarma, turut hadir Direktur Rumah Sakit Unram, yaitu dr. Ahmad Taufik yang menyampaikan harapannya atas terjalinnya kerjasama ini. Ia berharap kedepannya Rapid Test Entram dapat diproduksi secara massal dan sehingga dapat digunakan untuk kepentingan masyarakat luas.
“Tentunya dengan adanya kerjasama ini kami akan terus berbenah dalam memberikan pelayanan, harapannya semoga produk Entram ini dapat diproduksi secara massal untuk masyarakat,” jelas dr. Ahmad.
Sementara itu, Wakil Gubernur NTB, Ummi Rohmi Djalilah berharap kedepannya Pemerintah Provinsi NTB tidak lagi mengimpor alat Rapid Test Antigen, namun akan segera menjadi pihak pengekspor.
“Harapannya kita tidak akan akan lagi melakukan impor untuk alat rapid antigen, tetapi tidak menutup kemungkinan kita akan melakukan ekspor atas produk tersebut,” ungkapnya.
Ia juga menegaskan bahwa pemerintah provinsi akan selalu siap untuk mendukung terealisasinya program industrialiasi di NTB karena didukung dengan potensi luar biasa yang dimiliki.
“Kami dari Pemprov pasti akan mendukung terealisasinya industrialisasi di NTB, karena kita percaya potensi NTB luar biasa,” tegasnya.
Turut hadir juga dalam penadatanganan MoU tersebut, yaitu Kepala Dinas Kesehatan Provinsi NTB, dr. H. Lalu Hamzi dan Rektor Universitas Mataram Prof. Dr. Lalu Husni., SH., M.Hum.

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here