Supernova Ecosystem, sebuah lembaga yang bertujuan untuk membantu investasi berdampak dan mendukung akses pemodalan UMKM Hijau, telah memberikan kontribusi yang signifikan dalam transformasi bisnis hijau di Indonesia. Dalam tiga tahun ke depan, Supernova Ecosystem memiliki target untuk membina 30 unit usaha melalui program Konstelasi Accelerator dan program Equatora Capital.
“Sejak beroperasi pada tahun 2021, Supernova Ecosystem telah membimbing 11 badan usaha di bawah binaan Konstelasi Accelerator dan 2 perusahaan di bawah binaan Equatora Capital,”Inez Stefanie, Founder dari Supernova Ecosystem
Mayoritas perusahaan yang dibina bergerak di sektor fast-moving consumer goods (FMCG), terutama di industri kecantikan, kesehatan, dan wellness. Perusahaan-perusahaan ini tidak hanya berlokasi di kota-kota besar, tetapi juga tersebar di berbagai wilayah kabupaten di Indonesia.
Konstelasi Accelerator bertujuan untuk mempercepat perkembangan UMKM hijau agar siap menerima investasi dengan mengadakan program-program yang dapat diikuti oleh UMKM. Sementara itu, Equatora Capital berperan sebagai solusi pencocokan investor dengan pelaku usaha yang tepat, dengan mempertimbangkan jumlah dana dan tujuan sektor yang akurat.
Equatora Capital menghubungkan investor dengan kepedulian lingkungan pada UMKM hijau yang sesuai dengan latar belakang investor tersebut, dan memastikan bahwa jumlah dana yang diberikan sesuai dengan kebutuhan pelaku usaha untuk menghindari risiko investasi.
“Di Supernova kami melihat dari dua kacamata, yaitu kacamata UMKM dan investor. Dari kacamata UMKM, Konstelasi Accelerator bertujuan untuk mempercepat perkembangan mereka agar siap menerima investasi dengan mengadakan program-program yang dapat mereka ikuti.” ujar Inez.
Selain akses modal dari investor, pendanaan investasi untuk UMKM hijau juga dapat berasal dari lembaga keuangan yang diatur oleh OJK. Pemerintah, melalui Otoritas Jasa Keuangan dan Bank Indonesia, telah menunjukkan komitmennya dalam mendorong UMKM berkelanjutan dengan meresmikan kebijakan hijau, seperti Peraturan OJK No. 51 tentang Penerapan Keuangan Berkelanjutan. Bank Indonesia juga telah mendorong bank-bank swasta dan BUMN untuk meningkatkan pembiayaan kredit kepada UMKM di sektor hijau secara lebih masif.
Teguh Yudo Wicaksono, Head of Mandiri Institute, berpendapat bahwa ada aspek-aspek lain yang perlu ditingkatkan dari pihak regulator untuk mendukung UMKM hijau, seperti mengubah kebijakan batas maksimum dan tenggat waktu pemberian kredit kepada pelaku usaha di sektor hijau.
” Terdapat aspek-aspek lain yang masih perlu ditingkatkan dari pihak regulator untuk mendukung UMKM Hijau. Contohnya, mengubah kebijakan batas maksimum dan tenggat waktu
pemberian kredit untuk pelaku usaha di sektor hijau,” katanya.
Sedangkan Poppy Ismalina, Peneliti Senior dari Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah MadaDalam konteks ekonomi, UMKM hijau memiliki potensi menjadi bantalan (cushion mechanism) dalam menghadapi krisis ekonomi. UMKM yang menerapkan prinsip ramah lingkungan dalam bisnis mereka dan menghasilkan produk ramah lingkungan dapat bertahan dan beradaptasi lebih baik dalam situasi krisis.
Selama pandemi COVID-19, UMKM hijau mampu bertahan dengan melakukan diversifikasi produk yang dibutuhkan dalam situasi tersebut, seperti produksi masker, produk kesehatan, dan makanan. Dukungan terhadap UMKM hijau menjadi penting untuk memperkuat ekonomi mikro dan mengatasi masalah lingkungan di Indonesia.
” Dengan semakin berkembangnya UMKM hijau, tentunya akan memperkuat bantalan ekonomi mikro sekaligus permasalahan lingkungan di Indonesia. Sehingga dukungan modalitas atau investasi bagi perkembangan UMKM Hijau perlu terus didukung oleh semua pihak,” Poppy Ismalina.
Sebagai contoh UMKM hijau yang sukses, PT Alam Siak Lestari (ASL) dari Kabupaten Siak, Provinsi Riau, merupakan salah satu UMKM yang dibina oleh Supernova Ecosystem melalui program Konstelasi Accelerator. ASL berfokus pada budidaya ikan gabus dengan metode tambak ikan gabus di kawasan hutan gambut di Kabupaten Siak. Metode ini tidak hanya menghasilkan produk ikan gabus yang sehat, tetapi juga membantu dalam pemeliharaan lahan gambut dengan menjaga kelembapan lahan. PT ASL menerapkan skema kepemilikan saham yang dimiliki oleh Badan Usaha Milik Desa (BUMDes), sehingga masyarakat desa dapat merasakan manfaatnya melalui BUMDes.
Dengan adanya upaya dari berbagai pihak, termasuk Supernova Ecosystem, lembaga keuangan, dan pemerintah, diharapkan UMKM hijau di Indonesia dapat terus berkembang dan memberikan kontribusi positif baik dalam aspek ekonomi maupun lingkungan.