Demo dalam rangka menolak kedatangan Neno Warisman, Rocy Gerung dan Ustad Haikal ke Lombok dinilai kental unsuri politis. Hal ini disampaikan oleh Ketua Gerakan Arah Baru [Garbi] Lombok Timur dalam rilis pernyataan sikapnya.
” Demo penolakan itu lebih kental bernuansa politis karena kubu Neno adalah TIM BPN Prabowo-Sandi, lalu dicarikan allibi bahwa Neno dkk adalah provokator, pengujar kebencian dan intoleran,” Kata TGH.Gunawan Ruslan.
Ruslan meminta agar kubu yang melakukan demo tersebut untuk mendatangkan pembicara lainnya. Ia berharap kubu Jokowi membiasakan diri adu ilmiyah, adu ide dengan ide, adu gagasan dengan gagasan, diskusi di balas dengan diskusi, pidato dibalas dengan pidato, tulisan balas lah dengan tulisan, buku balas dengan buku seminar balaslah dengan seminar.
” Silahkan datang kan pembicara dari Kubuk Jokowi-amin jika ingin membalas. tidak pakai kekerasan,agar bangsa kita lebih cerdas,” katanya.
Menurus Ruslan, Semua anak bangsa berhak menyuarakan aspirasi sesuai dengan Undang-undang dan Peraturan yang belaku karena hak menyatakan pendapat sudah di lundungi undang-undang.
” Yang intoleran sesungguhnya adalah Kubu yang demo, termasuk warga yg demo mengatasnamakan warga lombok mereka tidak toleransi terhadap tamu yang datang, tidak lapang dada dengan isi orasi orang, tidak menghormati isi pidato orang lain,” jelas Ruslan.
Selain itu, Garbi berharap aparat berlaku adil, tidak mengizinkan aksi demo di bandara internasional Lombok. Sama seperti demo penolakan dan pengejaran Fahri Hamzah di Manado beberapa waktu lalu, terlihat pemerintah dan polisi tidak adil dalam menegak kan hukum
” Dimana Bandara adalah wilayah steril dari kegiatan demo tapi warga Manado mengejar Fahri Hamzah sampai dalam Bandara dengan membawa parang tapi penegak hukum tidak menindaknya,” pungkasnya.