Beranda Publik Politik Tak Cukup PKS-PDIP, Selly-Manan Butuh Partai Perekat

Tak Cukup PKS-PDIP, Selly-Manan Butuh Partai Perekat

0
BERBAGI
Direktur Mi6 , Bambang Mei Finarwanto, SH yang didampingi Kepala Litbang Mi6, Zainul Pahmi, M.Pd

Koresponden Koranmerah.com


Pasangan Bakal Calon Walikota dan Wakil Walikota Mataram, Hj Putu Selly Andayani dan TGH Abdul Manan saat ini menjadi satu-satunya pasangan bakal calon yang sudah fix dukungan partai pengusung.

Sudah ada kepastian koalisi ramping PDI-P dan PKS mengusung pasangan ini di Pilkada Kota Mataram. DPP PKS sudah menerbitkan SK DPP PKS nomor: 029/SKEP/DPP-PKS/2020 tentang calon Walikota dan Wakil Walikota di Pilkada Mataram 2020 dari PKS menyatakan dukungan untuk Selly-Manan.

Dari komposisi kursi, PDIP-PKS sudah bisa mengantar Selly-Manan melenggang mendaftar ke KPUD Kota Mataram mendatang. Namun, cukupkah ini?

Lembaga kajian sosial dan politik Mi6 menganalisa, koalisi ramping PDI-P dan PKS untuk Selly-Manan, masih butuh effort lebih, agar tak sekadar mengantar jago mereka ke arena pertarungan Pilkada.

“Koalisi ramping PDI-P dan PKS mengusung Selly-Manan sudah bagus dan memenuhi persyaratan dukungan. Tapi masih butuh effort untuk bisa memenangkan pasangan ini dalam pertarungan Pilkada nanti,” kata Direktur Mi6, Bambang Mei Finarwanto SH didampingi Kepala Litbang Mi6 , Zainul Pahmi , Kamis Sore ( 18/6 ).

Menurutnya, koalisi PDI-P dan PKS menjadi perpaduan menarik.Hal ini merupakan cermin antitesa strategi politik yang mendepankan power sharing politik dalam memenangkan konstestasi Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak di NTB.

“Power Sharing PDIP – PKS adalah blok politik yang tidak biasa (anti mainstream) agar efektif dalam melakukan penetrasi pemenangan dengan mesin partai yang sudah teruji ,” lamjut Didu, sapaan akrab Direktur Mi6.

Namun, di Kota Mataram dengan pemilih yang heterogen, paket Selly-Manan bisa jadi akan menghadapi tantangan tersendiri. Misalnya soal kemungkinan “Resistensi” konstituen PDI-P terhadap PKS dan sebaliknya konstituen PKS terhadap PDIP, tak bisa dinafikan. Untuk itu perlu diberikan pencerahan kedepannya.

Untuk itu, Didu menilai koalisi ramping ini akan lebih mantap bila merangkul partai lain sebagai partai perekat sebagai buffer ( baca : penyangga ) politik untuk mengeliminasi gesekan-gesekan yang mungkin saja dimainkan.

“Disini power sharing menjadi kunci. Saya pikir PDIP dan PKS bisa merangkul partai lain sebagai perekat, misalnya PKB atau partai lainnya,” tukas Didu.

Model power sharing parpol dalam Pilkada ini harus mulai dikembangkan, untuk meningkatkan kecerdasan berdemokrasi masyarakat pemilih. Koalisi power sharing ini juga bisa dilanjutkan di Pilkada lain di NTB, misalnya di Sumbawa dan Lombok Tengah.

Sementara itu Kepala Litbang Mi6 , Zainul Pahmi menambahkan, sebagai partai modern dengan karakter ideologi yang kuat dan khas, setidaknya koalisi PDIP dan PKS ingin mendobrak cara pandang tradisionil yang kerap mengamsumsikan bahwa karena perbedaan ideologi dan gerakan, PDIP dan PKS tidak mungkin dalam satu front politik, menjadi terbantahkan.

“Koalisi taktis PDIP dan PKS harus pula dimaknai sebagai upaya membangun citra politik yang positif guna meraih persepsi yang baik untuk saling membesarkan dan menguatkan , ” tukas Zainul Pahmi yang juga menjabat Ketua Pemuda NW NTB ini.

Pahmi melanjutkan persekutuan PDIP dan PKS sesungguhnya ingin memberikan edukasi dan pencerahan politik kepada publik agar terbiasa mengapresiasi hal-hal yang anomali dari perspektif positif dan mengambil hikmah dari sisi kebaikkannya.

Zainul Pahmi menegaskan, Mi6 berfokus menganalisa peluang politik pasangan kandidat bakal calon kepala daerah di tujuh Pilkada di NTB.

Kenapa lebih fokus Selly-Manan? Pahmi menegaskan, alasannya ialah hingga saat ini baru pasangan Selly-Manan yang sudah definitif mendapatkan dukungan resmi dan sah dari partai politik pengusungnya yakni PDIP dan PKS.

“Di Mataram kan baru Selly-Manan yang sudah jelas partai pengusung. Sementara Paslon yang lain diduga
masih belum jelas parpol pengusungnya. Mi6 menganalisa bakal calon yang sudah pasti maju saja, yang belum pasti ngapain, hanya buang-buang energi,” tambah didu.

Saran untuk Selly-Manan

Di masa pandemi corona dimana berkumpul dalam jumlah banyak masih dibatasi, para kandidat calon kepala daerah perlu punya strategi tersendiri guna bersosialisasi dan interaksi dengan konstituennya.

Selanjutnya Direktur Mi6 ini menyarankan pasangan Selly-Manan untuk memanfaatkan teknologi digital dengan optimal di masa pandemi. Tentunya dengan metode kekinian melalui jejaring media sosial seperti facebook dan youtube.

“Selly-Manan bisa membuat konten-konten youtube untuk berinteraksi dengan masyarakat Mataram yang ringan dan menghibur sebagai sarana edukasi ,” imbuhnya.

Ia mengatakan, sosok Selly Andayani sudah cukup populer di kalangan masyarakat Kota Mataram. Selain pernah menjabat sebagai penjabat Walikota Mataram, mantan Kepala Dinas Perdagangan NTB ini juga sangat aktif turun ke lapangan.

Untuk merawat jejaring ini, Selly bisa saja membuat channel khusus yang memudahkan berinteraksi dengan masyarakat.

Begitu pun dengan TGH Abdul Manan, Ketua MUI Kota Mataram ini tentu punya banyak jejaring juga. Hanya saja untuk mengimbangi Selly, Manan juga bisa membangun jejaring media sosialnya.

“Pak Manan bisa mengikuti gaya dan langgam Doktor Zul dalam berinteraksi dengan masyarakat yang terkesan memanusiakan orang tersebut. Lagian Doktor Zul ini khan mentornya,” tutur pria yang telah memiliki akun youtube Didu Media ini.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here