Yenny Wahid, Direktur Wahid Institute, secara terang-terangan mengritisi Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Muhaimin Iskandar, yang akrab dipanggil Cak Imin. Yenny Wahid mengungkapkan keprihatinannya mengenai keterpisahan Cak Imin dari ajaran mantan Presiden Indonesia Abdurrahman Wahid, yang lebih dikenal sebagai Gus Dur, serta prinsip-prinsip Nahdlatul Ulama (NU).
Dalam sebuah wawancara di Kompas TV pada 10 Agustus 2023, Cak Imin membahas perannya dalam politik Indonesia dan mengklaim sebagai produk dari ajaran Gus Dur. Yenny Wahid merespons dengan menyatakan bahwa kesuksesan politik Cak Imin telah menyebabkan keluarnya dari nilai-nilai yang dianut oleh Gus Dur dan NU.
“Menurut saya Cak Imin ini politisi yang sangat berhasil. Saking berhasilnya sampai Gus Dur dikudeta oleh Cak Imin,” kata Yenny Wahid.
“Sukses mengkudeta gurunya dan orang yang mengajarkan banyak sekali tentang politik.” tambahnya.
Terkait pernyataan Cak Imin bahwa anggota NU tidak lagi terlibat dalam politik praktis, Yenny Wahid berpendapat bahwa Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia telah mengembalikan NU ke fokus asalnya, yaitu menjadi kekuatan pemersatu di semua partai politik. Dia mencatat bahwa kehadiran NU tidak lagi terbatas hanya pada PKB, partai yang dipimpin oleh Cak Imin, karena individu-individu yang berafiliasi dengan NU kini tersebar di berbagai partai.
“PKB yang dulu didirikan Gus Dur, kalau PKB sekarang PKB Cak Imin jadi beda.”
“Corak politiknya sudah berbeda, karakter politik beda, apa yang diperjuangkan juga sudah beda jadi enggak bisa lagi, memang masih jualan nama Gus Dur, masih tetap Haul Gus Dur memperingati, gambar Gus Dur di mana-mana.”
Dia menunjukkan bahwa meskipun ada larangan dari Gus Dur terkait penggunaan atributnya untuk keuntungan PKB, partai tersebut tetap melakukannya.
“Walaupun ada perintah dari Gus Dur melarang penggunaan semua atribut Gus Dur oleh PKB Muhaimin.” kata Yenni
“Itu ada larangannya, namanya orang masih mencuri-curi, kebiasaan mencuri, mencuri partai sekarang mencuri gambar.” lanjutnya.
Yenny Wahid menuduh Cak Imin melakukan kesalahan politik yang bertentangan dengan prinsip-prinsip yang dipegang oleh kepala organisasi Nahdlatul Ulama. Dia menyuarakan keprihatinannya terhadap PKB, partai yang erat terkait dengan NU, karena pernyataan Cak Imin tampaknya melemahkan komunitas NU yang lebih luas.
Perseteruan politik antara Yenny Wahid dan Cak Imin bukanlah hal baru, seperti yang diungkapkan oleh Firman Noor, Peneliti Ahli Utama di Pusat Riset Politik Badan Riset dan Inovasi Nasional. Menurut Firman Noor, ketegangan ini memiliki akar dalam ketidakpuasan yang telah lama ada. Masuknya Yenny Wahid ke dalam PKB dihadapi dengan penolakan dari faksi Cak Imin, yang meyakini bahwa asosiasinya dengan partai tersebut semata-mata karena dia adalah putri Gus Dur. Pandangan ini, menurut Firman, telah menyebabkan kritik berkelanjutan terhadap peran Yenny Wahid di dalam PKB.