Menanggapi rencana aksi yang akan digelar oleh Satuan Aksi Aktivis NTB Jakarta (SAKTI NTB JAKARTA) pada 27 Februari.Loyalis TGB, M Samsul Qomar (MSQ) menilai aksi tersebut hanya modus belaka dan diduga sebagai upaya mencari momentum menjelang bulan Ramadan.
“Ini paling-paling hanya akal-akalan, bisa jadi sekadar cari tiket pulang ke kampung. Saya ragu kalau aksi ini benar-benar melibatkan 150 orang. Kenyataannya, yang hadir nanti mungkin hanya 7-8 orang. Kecuali ada sponsor yang membiayai, barulah bisa mendatangkan puluhan peserta,” ujar MSQ, yang dikenal tegak lurus dalam arah politiknya bersama TGB, dari Partai Demokrat hingga Partai Perindo.
MSQ juga menegaskan bahwa isu divestasi Newmont yang menjadi tuntutan aksi tersebut bukanlah hal baru. Menurutnya, isu ini sudah berkali-kali diklarifikasi tetapi terus diangkat oleh kelompok tertentu dengan motif yang patut dipertanyakan.
“Kami jauh lebih meyakini integritas TGB dibanding kelompok yang mengaku aktivis ini. Mau dilawan dengan cara apa? Adu massa atau adu narasi? Karena sejauh ini, mereka hanya bermain dengan surat undangan di grup WhatsApp. Kita lihat saja bagaimana perkembangannya,” katanya.
MSQ menilai penyebaran informasi aksi melalui grup WhatsApp dengan kop surat bernuansa kedaerahan menunjukkan bahwa kelompok ini hanya menunggu reaksi dari orang-orang di sekitar TGB, berharap ada perhatian atau respons dari pihak yang bersangkutan.
Lebih lanjut, ia menegaskan bahwa TGB tidak akan gentar menghadapi aksi semacam ini. Menurutnya, TGB adalah sosok yang selalu mengutamakan ketenangan dan sikap santai dalam merespons berbagai tudingan.
“Beliau tidak perlu menanggapi demo seperti ini, karena justru akan menurunkan marwah beliau. Cukup kami saja atau adik-adik mahasiswa lain yang masih idealis yang melawan narasi semacam ini,” tambahnya.
Sebagai contoh, MSQ menyinggung bagaimana TGB menghadapi pemeriksaan sebagai saksi dalam kasus lain, yaitu NCC di Kejati NTB. Ia mengungkapkan bahwa meskipun ada ribuan jamaah yang siap mengepung Kejati NTB sebagai bentuk dukungan, TGB tetap memilih datang sendiri sebagai warga negara yang taat hukum tanpa mengerahkan massa.
“Padahal, saya tahu ribuan jamaah sudah siap turun tanpa komando, tanpa bayaran. Kami sudah membuktikan berkali-kali bahwa setiap ada serangan terhadap TGB, respons kami nyata dengan ribuan massa aksi. Kami tidak pernah kaleng-kaleng,” tegasnya.
MSQ menutup pernyataannya dengan menegaskan bahwa loyalis TGB cukup dewasa dalam menyikapi berbagai isu yang berkembang. Jika memang diperlukan, mereka siap merespons dengan kekuatan yang lebih besar. Namun, ia kembali menekankan bahwa TGB selalu mengedepankan ketenangan dan tidak mudah terpancing oleh isu yang terus diulang-ulang.