Pesta rakyat di Cianjur, Jabar setelah Sang Bupati ditangkap KPK, bikin kaget dan bingung. Anomali, sekaligus ironi. Apakah ini tanda-tanda zaman, perubahan sudah dekat?
Sungguh ajaib, gak masuk akal. Belum pernah terjadi sepanjang sejarah Republik berdiri. Ada penguasa ditangkap, kok rakyatnya malah berpesta. aya-aya wae.
Sopir-sopir angkot menggratiskan penumpangnya. Ada yang menyumbang beras dan lauk pauk. Ada 1.000 kastrol (tempat masak nasi) dipakai ngaliwet, dijejer rapi di alun-alun, persis di depan pendopo kabupaten.
Rakyat tumpah ruah, tua muda, sampai anak-anak semua bergembira. Mereka menggelar syukuran bakda sholat Jumat (14/12/2018). Suasananya mirip Jakarta ketika Presiden Soeharto turun dari jabatannya. Penuh euforia. Perut kenyang, hati senang.
Ironi, kok ada penguasa di alam demokrasi dibenci rakyatnya sampai ke ubun-ubun. Dosa apa yang sudah diperbuat Irvan, sampai rakyatnya sendiri begitu membencinya.
Ironi berikutnya Irvan baru saja menyeberang dari Golkar ke Partai Nasdem. Sudah menjadi rahasia umum, banyak kepala daerah bermasalah yang menyeberang ke Nasdem dan mendukung Jokowi untuk mencari perlindungan.
Irvan mengikuti jejak Bupati Malang, Jatim Rendra Kresna yang lebih dulu ditangkap KPK. Rendra juga kader Golkar dan kemudian menjadi Ketua Nasdem Jatim.
Sampai sekarang selain Irvan dan Rendra ada tiga kepala daerah pendukung Jokowi yang ditangkap KPK. Walikota Pasuruan Setiyono (Golkar), Bupati Bekasi Neneng Hasanah Yasin (Golkar), dan Bupati Pakpak Barat Remigo Yolanda Berutu kader Demokrat yang menyeberang ke Jokowi.
Euforia ini ternyata membuat Gubernur Jabar Ridwan Kamil (RK) ketar ketir juga. Dia minta euforia dihentikan. Secara halus RK mengancam agar mereka berhati-hati. Irvan juga punya pendukung.
RK pasti juga khawatir nasibnya bisa sama seperti Irvan. Jalan hidupnya juga mirip-mirip. RK diusung Gerindra-PKS menjadi Walikota Bandung, membelot ke Nasdem, ketika mau maju sebagai Gubernur.
Kepada para kiai dan ajengan di Subang RK curhat. Dia terpaksa mau diusung menjadi calon Nasdem dan dukung Jokowi karena takut di TSK-kan (jadi tersangka). “Mereka kan punya media dan Jaksa Agung,” kata RK.
Bagi RK perilaku warga Cianjur ini belegug, gak tau aturan. Sebaliknya bagi rakyat, bupati model Irvan ini yang belegug. Fenomena Cianjur ini sangat mengkhawatirkan para penguasa. Ketika mereka bergerak, tak ada satupun kekuatan yang bisa mencegahnya.
Pesta rakyat di Cianjur juga harus dilihat sebagai signal, kehidupan rakyat yang tertekan, sewaktu-waktu bisa meledak. Mereka butuh perubahan. Butuh pemimpin baru yang mau memikirkan kepentingan rakyat. Bukan kepentingan sendiri, atau kepentingan kelompoknya.
Penulis: Djadjang Nurjaman [Pengamat media dan ruang publik]/rmol.co